Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri perbankan memandang upaya restrukturisasi masih cukup relevan ketimbang write off kredit pada kuartal pertama tahun ini.
Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rully Setiawan mengatakan perseroan saat ini lebih fokus pada restrukturisasi kredit. Bank Mandiri memandang kemampuan debitur masih cukup baik, dan hanay membutuhkan sedikit bantuan melalui restrukturisasi kredit tanpa write off.
“Belum ada dampak yang mengarah write off. Kami fokus mendukung program pemerintah dengan restrukturisasi kredit. Kami terus berkomunikasi dengan debitur," katanya, Kamis (2/4/2020).
Sebagai informasi, write off kredit emiten berkode BMRI ini pada tahun lalu tercatat sebesar Rp10.84 triliun, atau turun dari 2018 yang tercatat sampai Rp13,23 triliun. Namun, peningkatan restrukturisasi tahun lalu mencapai 12,5% secara tahunan, dari Rp51,26 triliun menjadi Rp57,60 triliun.
Hal senada juga disebutkan Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja. Dia mengatakan peningkatan restrukturisisi akan lebih tinggi daripada write off. Meski data terbaru masih belum tersedia, tetapi dia mengatakan nilai hapus buku pada awal tahun ini masih belum terlalu besar.
“Saya bukan dewa yang bisa melihat masa depan. Namun, write off awal tahun masih normal. Mungkin akhir tahun [write off mulai melonjak]," katanya.
Adapun, total write off kredit emiten berkode BBCA itu pada tahun lalu juga tercatat turun menjadi Rp1,32 triliun dari Rp1,97 triliun. Namun, jumlah restrukturisasi kredit pada tahun lalu mencapai 14,52% secara tahunan, dari Rp7,99 triliun menjadi Rp9,15 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel