India Tolak Ekspor Obat Malaria Hydroxychloroquine ke AS

Bisnis.com,06 Apr 2020, 06:29 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
India melarang semua ekspor hydroxychloroquine, obat malaria untuk pengobatan pasien Covid-19./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - India melarang semua ekspor hydroxychloroquine, obat malaria yang disebut berulang kali oleh Presiden Donald Trump sebagai  "senjata pamungkas" dalam perang melawan Covid-19.

Semua ekspor obat dan formulasinya dilarang "tanpa pengecualian" termasuk yang punya efek langsung, menurut Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri India dalam pesanan seperti dikutip Bloomberg.com, Senin (6/4/2020).

Departemen itu bulan lalu juga membatasi pengiriman obat ke luar negeri, kecuali untuk bantuan kemanusiaan dan untuk memenuhi komitmen sebelumnya.

Pada konferensi pers Sabtu (4/4/2020), Trump mengatakan kepada Perdana Menteri Narendra Modi untuk mengizinkan pengiriman obat jenis tersebut ke AS.

Trump mengatakan India menyatakan memberikan "pertimbangan serius".

Trump juga mengatakan bahwa pemerintah federal sedang menimbun obat tersebut untuk pasien Covid-19.

Ahli bedah umum AS, Jerome Adams kemarin mengatakan telah ada "beberapa kasus dan beberapa pengalaman bahwa hydroxychloroquine "membantu" dan obatnya telah tersedia selama bertahun-tahun.

"Kami merasa sedikit lebih baik mengenai keamanannya daripada obat yang benar-benar baru, meskipun ini digunakan dengan dosis yang jauh lebih tinggi," kata Adams daam acara televisi "Fox News Sunday"

Akan tetapi, tidak ada bukti ilmiah konklusif bahwa hydroxychloroquine dapat mengobati infeksi dari patogen baru, dan obat itu belum disetujui oleh Food and Drug Administration  (FDA) di AS untuk mengobati Covid-19.

India tertinggal di belakang negara-negara kaya dalam pengujian virus corona baru.

Larangan impor obat itu mencerminkan meningkatnya kekhawatiran India atas penyebaran virus mematian itu di negara berpenduduk 1,3 miliar jiwa.

India telah mencatat 3.374 kasus positif sejauh ini dan telah kehilangan 77 nyawa, menurut kementerian kesehatan federal.

Times of India melaporkan negara itu telah berjuang untuk membuat orang tetap berada di dalam rumah selama penguncian tiga minggu yang dimulai 25 Maret lalu. Langkah itu diambil akibat meningkatnya kekhawatiran percepatan penyebaran virus tesebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini