Investor Masih Buru Dolar, Rupiah Berpotensi Melemah

Bisnis.com,06 Apr 2020, 07:21 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Karyawati menunjukan mata uang Rupiah dan Dollar Ameika Serikat di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (2/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berpotensi membuka perdagangan awal pekan ini dengan berbalik ke zona merah seiring dengan permintaan investor terhadap dolar AS yang masih tinggi. 

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pasar masih mencari aset investasi aman, yaitu dolar AS, seiring dengan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung dan mengancam pertumbuhan ekonomi seluruh negara.

Di Amerika Serikat, terdapat 6,6 juta pekerja telah mengajukan klaim pengangguran, menjadi sinyal ekonomi Negara Paman Sam itu berada dalam tekanan yang didorong sentimen pandemi Covid-19. Adapun, angka itu merupakan pengajuan pengangguran tertinggi sepanjang sejarah.

"Rupiah berpotensi masih akan melemah di level Rp16.400-Rp16.600 per dolar AS," ujar Ibrahim melalui keterangan resmi, Senin (6/4/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (3/4/2020), rupiah parkir di level Rp16.430 per dolar AS terapresiasi 0,39 persen atau 65 poin.

Ibrahim mengatakan bahwa penguatan rupiah pada akhir pekan lalu didukung oleh positifnya data internal sehingga berhasil menahan sentimen buru dolar AS yang cenderung dilakukan oleh investor.

Dengan rendahnya suku bunga di berbagai bank sentral global terutama di AS, Eropa dan Asia, kata Ibrahim, menjadi daya tarik untuk pasar dalam negeri. Terlebih,  suku bunga masih relatif tinggi sehingga pelaku pasar tampak kembali yakin terhadap prospek pasar keuangan dan perekonomian dalam negeri.

Hal itu terlihat dari mulai masuknya aliran modal asing (inflow) ke Indonesia dalam beberapa hari terakhir.

Mengacu data BI, pada periode 30 Maret-2 April 2020, terjadi net buy atau beli bersih di pasar keuangan domestik sebesar Rp3,28 triliun. Aliran modal masuk ini dominan berasal dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN).

Aliran modal masuk melalui SBN tercatat Rp 4,09 triliun, sedangkan di pasar saham pada periode tersebut masih terjadi net sell (outflow) Rp820 miliar.

"Masuknya dana ke Indonesia ini mengartikan ada secercah harapan karena kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, BI, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan keyakinan kepada pasar," papar Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini