The Fed dan Bank Sentral Dunia Ramai-Ramai Bantu Indonesia, Ini Rinciannya

Bisnis.com,07 Apr 2020, 16:07 WIB
Penulis: Feni Freycinetia Fitriani
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menjalin kerja sama dengan bank sentral dari sejumlah negara untuk memitigasi dampak negatif pandemi virus Corona (Covid-19), khususnya di pasar keuangan.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ada dua bentuk kerja sama dengan bank sentral negara sahabat, yaitu bilateral swap lines dan repurchased agreement atau Repo Lines.

"Kerja sama dengan Federal Reserve [The Fed] bentuknya Repo Lines, ini untuk kebutuhan likuiditas dolar AS jika diperlukan," katanya dalam konferensi pers virtual, Selasa (7/4/2020).

Dia menuturkan kerja sama BI dengan The Fed merupakan Vote of Confident. Pasalnya, The Fed menilai Indonesia memiliki prospek ekonomi yang bagus. Indonesia, lanjutnya, salah satu dari sedikit negara emerging markets yang mendapat The Fed Repo Lines.

Selain Fed Repo Lines, Perry menuturkan BI juga menggandeng beberapa institusi, antara lain Bank of International Settlement (BIS) dengan Repo Lines sebesar US$2,5 miliar, Monetary Authority of Singapore US$3 miliar, dan bank sentral di kawasan US$500 juta-US$1 miliar.

Menurutnya, penyediaan swap lines oleh The Fed sudah berjumlah besar dan kerja sama dengan Indonesia disebut facility for foreign and international monetary atau FIMA.

"Repo Lines tidak menambah cadev, tetapi sangat bagus menambah likuiditas dolar saat pasar global mengalami keketatan dolar," ujarnya.

Meski turun menjadi US$121 miliar per Maret 2020, Perry menegaskan cadev yang dimiliki Indonesia saat ini lebih dari cukup.

BI lantas membuka peluang penerapan bilateral swap sebagai cara untuk memperkuat cadangan devisa. Menurutnya, bilateral swap antara BI dengan beberapa bank sentral negara sahabat merupakan second line of defense.

"Bilateral swap dengan [bank sentral] China US$30 dollar, Jepang US$22,7 miliar, Korsel US$10 miliar, dan Singapura US$7 miliar," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini