Raup Laba Rp2,58 Triliun Per Februari 2020, Saham BBNI Masih Menarik

Bisnis.com,07 Apr 2020, 15:03 WIB
Penulis: Maria Elena
Aktivitas karyawati di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk di Jakarta, Kamis (11/6). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. berhasil meraup laba bersih senilai Rp2,58 triliun hingga Februari 2020.

Realisasi tersebut meningkat 22,27 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, yang senilai Rp2,11 triliun.

Direktur Tresuri dan Internasional BNI Putrama Wahju Setyawan mengatakan capaian tersebut menggembirakan karena lebih tinggi dibandingkan dengan laba bersih industri perbankan yang hanya tumbuh 8,25 persen dan Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) IV yang tumbuh 19,08 persen pada Januari 2020.

Dia mengatakan kinerja perseroan pada Februari 2020 menjadi bukti bahwa fundamental BNI masih cukup kuat menghadapi ketidakpastian yang terjadi pada 2020.

“Kami terus mencermati perkembangan yang ada dan tetap akan tumbuh dengan menjaga manajemen risiko di tengah ketidakpastian akibat wabah COVID-19,” kata Putrama dalam siaran pers, Selasa (7/04/2020).

Putrama menjelaskan peningkatan laba bersih BNI ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 15,85 persen yoy, dari Rp5,11 triliun pada Februari 2019 menjadi Rp5,92 triliun pada Februari 2020.

Di samping itu, pendapatan komisi dan administrasi (fee based income/FBI) tercatat senilai Rp1,44 triliun pada Februari 2020.

Pada saat yang sama, BNI juga mencatatkan peningkatan aset sebesar 9,72 persen yoy menjadi Rp788,72 triliun, dibandingkan dengan Februari 2019 yang senilai Rp718,82 triliun.

Kenaikan aset perusahaan juga dikontribusi oleh peningkatan penyaluran kredit yang meningkat 11,8 persen yoy menjadi Rp529,53 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama 2019 senilai Rp473,61 triliun.

Sementara himpunan dana pihak ketiga (DPK) perseroan pun tercatat naik 9,83 persen yoy menjadi Rp573,3 triliun, dibandingkan dengan Februari 2019 senilai Rp521,97 triliun.

Head of Investment PT Avrist Asset Management Tb. Farash Farich mengatakan pertumbuhan yang bisa dicapai bank tersebut merupakan sinyal positif kendati tantangan ke depan semakin berat, terutama karena perlambatan ekonomi akibat penyebaran covid-19.

"Dari sisi valuasi BNI termasuk yg sudah sangat rendah, price to book 0.65x, di bawah standar deviasi historisnya," kata Farash.

Menurutnya, ini juga bisa menjadi momen investor untuk mengoleksi saham BNI, apalagi dengan PBV saat ini yang menandakan saham bank pelat merah ini tengah undervalue.

PBV merupakan penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar, punya valuasi tinggi (overvalue), sedangkan saham dengan PBV di bawah 1 kali, punya valuasi murah.

"Kemungkinan untuk valuasi kembali lebih rendah tetap ada, paling tidak valuasi saat ini sudah cukup menarik. Namun untuk antisipasi kemungkinan harga bisa lebih turun bisa dilakukan pembelian bertahap," ujarnya.

Dia menilai saham BNI menarik dikoleksi untuk investor jangka panjang. Pasalnya dengan kondisi saat ini, dan adanya pandemi Covid-19 industri perbankan pun tertekan. Saham BNI sendiri pernah mencapai PBV seperti ketika krisis 2008.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini