APD Langka, Warga Kuningan Produksi Baju Hazmat yang Dijual ke Rumah Sakit

Bisnis.com,08 Apr 2020, 11:53 WIB
Penulis: Hakim Baihaqi
Didin Rosudin (49), warga Dusun Pahing, Desa Bandorasa Wetan, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, sejak tiga pekan terakhir ini memproduksi alat pelindung diri (APD) berupa baju hazmat yang diperuntukkan bagi petugas medis di sejumlah rumah sakit di daerah tersebut./Bisnis-Hakim Baihaqi

Bisnis.com, CIREBON - Didin Rosudin (49), warga Dusun Pahing, Desa Bandorasa Wetan, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, sejak tiga pekan terakhir ini memproduksi alat pelindung diri (APD) berupa baju hazmat yang diperuntukkan bagi petugas medis di sejumlah rumah sakit di daerah tersebut.

Didin yang setiap harinya bekerja sebagai produsen bantal tidur ini sejak wabah corona virus disease (COVID-19) merebak di Indonesia, lebih memilih memproduksi baju tersebut, karena beberapa pemberitaan menyebutkan stok APD di Indonesia semakin menipis.

"Berhubung saya memiliki keterampilan menjahit, kenapa tidak dicoba saja membuat baju itu," kata Didin di rumah produksi miliknya di Kabupaten Kuningan, Selasa (8/4/2020).

Pantauan Bisnis.com, meskipun menggunakan alat jahit sederhana, Didin tampak terampil menjahit baju yang terbuat dari bahan polypropylene spunbound tersebut.

Selain Didin, dalam pembuatan baju tersebut pun, ia melibatkan 4 orang tetangganya yang semuannya merupakan ibu rumah tangga. Setiap harinya, di tempatnya itu mampu memproduksi sebanyak 200 buah baju hazmat.

Setiap harinya, kata Didin, sejumlah petugas rumah sakit yang ada di Kabupaten Kuningan berdatangan untuk membeli baju tersebut. Setiap satu baju hasil produksinya, dijual dengan harga Rp 55.000.

Selama tiga pekan memproduksi baju tersebut, ia mampu meraup omzet hingga Rp 100 juta, meskipun lebih dikecil dibandingkan produksi bantal rumahan.

"Saya jual sesuai dengan ketentuan pemerintah, tidak mau cari untung berlebihan di tengah wabah. Selain itu saya juga libatkan tetangga, biar mereka juga punya penghasilan tambahan," katannya.

Bahan baku untuk baju hazmat tersebut, kata Didin, sudah mulai susah didapatkan di Kabupaten Kuningan, adapun salah satu toko yang tetap menjual, bahan itu dijual dengam harga Rp 10.000 permeter, sedangkan harga normal Rp 6.000.

Selain membuat baju hazmat, semenjak wabah COVID-19 pun, ia pun memproduksi masker kain yang terbuat dari bahan katun oxford. Setiap harinya, dibantu tetangganya, mampu memproduksi sebanyak 80 lusin.

Masker kain sendiri, kata Didin, ia pasarkan ke wilayah Cirebon, Kabupaten Kuningan, hingga Tegal. Satu buah masker tersebut, dijual dengan harga Rp 3.000 ribu.

"Mudah-mudahan, dengan adanya produksi dari saya ini, wabah corona di Indonesia semakin menghilang dan tidak ada lagi masyarakat yang tertular," katanya. (K45)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ajijah
Terkini