Taiwan: Dirjen WHO harus Minta Maaf Atas Tuduhan Rasisme

Bisnis.com,09 Apr 2020, 15:10 WIB
Penulis: Nindya Aldila
Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers COVID-19 di Jenewa, Swiss, Senin (2/3/2020)./Bloomberg-Stefan Wermuth

Bisnis.com, JAKARTA - Taiwan menyerang balik Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO terhadap tudingan rasisme yang diungkapkan Dirjen WHO Tedros Adhanom.

Menteri Luar Negeri Taiwan meminta Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus yang dinilai telah menuduh Taiwan bertindak rasis terhadap dirinya yang merupakan orang Ethiopia.

"Tanpa memeriksa fakta-fakta, tuduhan Tedros yang tidak sah dan tidak benar tidak hanya berbeda dari kenyataan, mereka juga telah secara serius merugikan pemerintah dan rakyat kami," katanya seperti dikutip Bloomberg, Kamis (9/4/2020).

Dia mengatakan tindakan tersebut merupakan fitnah yang tidak bertanggung jawab.

Salah satu unggahan akun Twitter Kementerian Luar Negeri mengungkapkan, “Tedros mengatakan ‘tidak perlu menggunakan Covid-19 untuk mencetak poin politik.’ Kami setuju! Namun tanpa bukti, Taiwan dituduh mengatur serangan pribadi. Klaim ini tidak berdasar dan tidak pantas & mengesampingkan kerja bagus WHO di seluruh dunia.”

President Tsai Ing-wen juga ikut mengungkapkan protesnya terhadap tindakan Tedros dan mengundangnya ke Taiwan. Hal itu disampaikan melalui akun Facebook resminya.

“Taiwan menolak diskriminasi dalam segala bentuk. Kami tahu rasanya didiskriminasi dan diisolasi dibandingkan siapapun sejak kami dilarang bergabung di organisasi internasional selama bertahun-tahun,” katanya.

“Saya ingin mengundang Tedros mengunjungi Taiwan agar melihat bagaimana orang Taiwan berkomitmen untuk berbakti kepada masyarakat internasional meskipun telah mengalami diskriminasi dan isolasi."

Dalam press briefing pada Rabu (9/4), Tedros menjawab sebuah pernyataan terkait dengan kritik kepada tudingan rasis Presiden AS Donald Trump dan kepala negara lainnya. Dia mengungkapkan bahwa dia bangga termasuk ras kulit hitam.

“Ketika orang mulai menghina kami, itu sudah cukup. Kami tidak bisa mentolerir itu. Tetapi karena saya tidak memiliki masalah inferioritas ketika saya secara pribadi diserang oleh penghinaan rasial, saya tidak peduli karena saya orang kulit hitam yang sangat bangga," katanya.

"Serangan ini berasal dari Taiwan. Kementerian Luar Negeri [Taiwan] tahu tentang kampanye ini dan mereka tidak berlepas diri,” lanjutnya.

Tidak jelas kampanye rasis seperti apa yang dimaksud oleh Tedros. Di saat yang sama, Tedros mendesak AS dan China untuk bekerja sama lebih baik. Jika tidak, krisis pandemi akan menjadi lebih besar.

Kendati tudingan rasisme menimpa Taiwan, negara ini mendapatkan pujian dari berbagai negara dalam penanganan Covid-19, seperti Departemen Luar Negeri AS, Bill Gates, dan penyanyi AS Barbra Streisand.

Taiwan mencatatkan jumlah kasus positif Covid-19 mencapai 379 dan jumlah kematian mencapai lima orang.

Sementara itu, Taiwan yang merupakan anggota dari pendiri Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), China mengambil alih keanggotaan organisasi internasional seperti WHO pada 1971.

China mengklaim Taiwan merupakan bagian dari wilayahnya. Namun, pemerintah Taiwan menolak klaim tersebut dan menyatakan negaranya adalah negara yang merdeka dan berdaulat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Novita Sari Simamora
Terkini