Penerapan PSBB Jelang Ramadan, Inflasi Diharapkan Tetap Rendah

Bisnis.com,09 Apr 2020, 17:35 WIB
Penulis: Maria Elena
Pejalan kaki melintas di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (7/4/2020). Pemerintah telah resmi menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah DKI Jakarta dalam rangka percepatan penanganan COVID-19. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay.

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan tingkat inflasi akan tetap terjaga pada level yang rendah sebagai dampak dari wabah COVID-19.

Menurutnya, dengan adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), aktivitas ekonomi akan jauh menurun sehingga permintaan akan rendah.

Di sisi lain, pemerintah juga dinilai telah mengambil berbagai kebijakan untuk memastikan ketersediaan pasokan pangan. “Dengan permintaan yang rendah dan supply yang terjaga, inflasi akan terdorong ke bawah,” katanya kepada Bisnis, Kamis (9/4/2020).

Selain itu, Piter menambahkan, pemerintah juga mengeluarkan stimulus bantuan dengan menggratiskan listrik 450 VA dan diskon 50% untuk listrik 900 VA. Dengan semua pertimbangan ini, meskipun menghadapi periode ramadan dan Lebaran, tingkat inflasi diharapkan akan tetap rendah.

Sebelumya, pada konferensi pers Kamis (9/4/2020), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan tingkat inflasi pada periode ramadhan inflasi cenderung meningkat.

Namun kali ini, sejalan dengan penerapan PSBB di sejumlah daerah, inflasi diprediksi lebih rendah dari periode Ramadan biasanya.

“Sudah ada imbauan jangan mudik supaya dampak COVID-19 tidak meluas, dampak ke ekonomi juga dimitigasi. Berbagai pertimbangan itu, yang biasanya ramadhan naik, tapi [kali ini] lebih rendah dari normalnya karena ada pembatasan sosial,” katanya.

Di samping itu, BI juga memperkirakan hingga minggu kedua April 2020, harga bahan pokok masih terkendali dan inflasi sekitar 0,2 persen secara month-to-month (mtm) dan 2,80% secara year-on-year (yoy).

Perry menambahkan, faktor pendukung inflasi terkendali juga disebabkan oleh tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari kemampuan produksi sehingga ada kesenjangan output.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini