Kesehatan Mental Pemain Saat Pandemi Corona Perlu Dicermati

Bisnis.com,10 Apr 2020, 00:57 WIB
Penulis: Newswire
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – FIFPro, serikat pesepak bola profesional dunia yang berpusat di Hoofddorp, Belanda, mengingatkan ancaman kesehatan mental yang membayangi pesepak bola akibnat penangguhan kompetisi akibat pandemi corona.

"Kesehatan mental harus jadi perhatian besar," kata Sekjen FIFPro (Fédération Internationale des Associations de Footballeurs Professionnels), Jonas Baer-Hoffmann dalam wawancara dengan Reuters pada Kamis (9/4/2020).

Pesepak bola saat ini menghadapi ketidakpastian kompetisi setelah biasanya bisa menjadi pahlawan meski harus pergi ke ujung dunia yang lain untuk melakukannya.

"Berdasar studi kami beberapa tahun terakhir, ada ancaman kesehatan mental yang lebih besar bagi pesepak bola dibandingkan dengan orang kebanyakan, karena mereka biasanya berada dalam situasi bertensi tinggi dan kondisi saat ini membuat itu semua lebih buruk," tuturnya.

Selain tekanan dari ketidakpastian kompetisi, pesepak bola profesional belakangan juga mendapat sorotan lain berupa desakan agar menerima pemotongan gaji yang mulai menjadi gelombang di banyak kompetisi top dan juga terjadi di liga-liga nonpopuler di belahan dunia lainnya.

"Ada banyak pemain muda yang sendirian, jauh dari kampung halaman, tanpa dukungan keluarga dan tak sedikit yang cuma punya kontrak berdurasi satu tahun saja," kata Baer-Hoffmann.

“Itu semua menumpuk keresahan yang besar apakah mereka bisa menerima pendapatan setimpal pada akhir musim nanti," lanjutnya.

Berdasar survei FIFPro 2015, sebanyak 38 persen dari pesepak bola aktif dan 35 persen dari yang sudah pensiun pernah menghadapi depresi berat atau masalah kegelisahan.

Oleh karena itu, FIFPro menyarankan agar pesepak bola aktif untuk tetap terhubung dengan dunia melalui media sosial, menjaga kesehatan tetapi menghindari diri dari banjir informasi mengenai perkembangan COVID-19.

"Hindari membaca berlebihan berita mengenai COVID-19 ataupun informasi terkait di media sosial, itu bisa menambahkan kehawatiran yang tidak perlu," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini