Harga Saham Bank BNI (BBNI) Berpotensi Rebound Paling Cepat

Bisnis.com,12 Apr 2020, 19:51 WIB
Penulis: Ni Putu Eka Wiratmini
Karyawan menghitung uang rupiah di Kantor Bank BNI Syariah di Jakarta, Senin (24/2/2020)

Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. memiliki peluang rebound cepat. Kondisi serupa pernah terjadi pada 2008 silam.

Adapun, harga saham emiten berkode BBNI tersebut berhasil terkerek naik lebih dari 20% dalam hitungan hari menjadi Rp4.010 pada perdagangan Rabu (9/4/2020). Padahal, harga saham dengan kode emiten BBNI tersebut sempat menyentuh Rp3.390/saham saat IHSG meninggalkan 4.000.

Sebetulnya, ini bukan kali pertama saham BBNI mampu pulih pasca menghadapi keterperukukan. Pada 2008, saham BNI sempat terlempar dari level Rp1.071 per saham. Bahkan, nilainya makin rendah hingga menyentuh Rp393 per saham pada 24 November 2008. Saham BNI, terdepresiasi 72,6% hanya dalam 2 bulan.

Kondisi ini berlanjut hingga memasuki 2009. Sejak awal tahun hingga pertengahan tahun saham BNI bergerak pada kisaran Rp600 hingga Rp900 per saham. Namun, pasca Mei 2009, saham BNI bergerak di atas level Rp1.000 dan perlahan-lahan bangkit dan hampir menyentuh Rp2.000 per saham.

Kemudian, saham BNI kembali 'pulih' dan kembali bergerak di kisaran Rp 2.000/saham pada Maret 2010, dan bangkit ke level Rp3.081/saham pada Agustus. Di pengujung 2010 pun BNI mencapai level tertinggi sejak krisis menghantam yakni Rp4.700/saham.

Artinya sejak menyentuh titik terendah, saham BNI bisa meningkat hampir 12 kali lipat hanya dalam kurun waktu sekitar 2 tahun.

Pengamat pasar modal Yazid Muammar menyatakan potensi rebound saham BNI termasuk paling cepat dibandingkan dengan bank besar lainnya. Hal ini terlihat dari valuasi betanya yang berada di 1,5 kali. Selain itu, penurunan saham BNI juga masih belum 50% hingga saat ini, sementara pada 2008 penurunan sahamnya pernah lebih dari 75%.

Yazid menilai saat ini pun valuasi BNI dengan price to book value (PBV) 0,6 kali sudah termasuk murah dibandingkan bank besar lainnya, apalagi jika melihat rata-rata PBV BNI dalam lima tahun terakhir ada di posisi 1,45%.

Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar, punya valuasi tinggi (overvalue) sedangkan saham dengan PBV di bawah 1 kali, punya valuasi rendah alias undervalue.

"Untuk itu strategi masuk ke saham BNI adalah tepat saat ini, dengan cara beli cicil. Besar kemungkinan BNI akan kembali ke PBV normalnya. Lantaran saham-saham blue chip akan lebih dulu diincar investor bermodal besar dan membuat valuasinya juga meningkat," katanya seperti dikutip dalam rilis, Minggu (12/4/2020).

Sementara itu, Analis Profindo Sekuritas Dimas Wahyu menyatakan secara teknikal BNI memang tengah memasuki fase koreksi, dengan arah penurunan ke kisaran Rp 3.450/saham sebagai bottom fishing (membeli di harga terendah). Sementara itu, target kenaikannya ditargetkan ke level resisten Rp 4.659/saham.

Dengan posisi harga saham BNI ini, Dimas menilai sudah menarik dan layak dikoleksi. Meski secara keseluruhan sektor perbankan akan mengalami tekanan pendapatan bunga bersih dan laba bersih tahun ini.

Meski perbaikan secara keseluruhan tidak secepat yang diharapkan, dia memproyeksikan ekonomi Indonesia akan kembali normal pada 2021. Karena dunia usaha akan beroperasi secara normal, termasuk industri perbankan.

"Untuk Asia cuma tiga negara yang survive, yakni China, India, dan Indonesia yang masih akan positif. Biarpun secara makro akan lebih berat," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nurbaiti
Terkini