Pertama Kali, Hutama Karya Dapat Rating dari Moody's

Bisnis.com,13 Apr 2020, 20:11 WIB
Penulis: Rivki Maulana
Truk berada di gerbang tol Pekanbaru, Provinsi Riau, Jumat (21/2/2020). Ruas tol Pekanbaru-Dumai ditargetkan rampung pada April 2020. Peningkatan infrastruktur termasuk lewat Trans Sumatra diharapkan bisa meningkatkan perekonomian dan dongkrak daya saing Indonesia. Bisnis-Agne Yasa.

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pemeringkat Moody's menyematkan peringkat Baa3 untuk pertama kalinya kepada PT Hutama Karya (Persero). Moody's juga menetapkan prospek stabil untuk surat utang Hutama Karya.

Sebagai obligor yang terkait dengan pemerintah (government-related issuer), peringkat yang disandang Hutama Karya merupakan gabungan dari baseline credit assessment (BCA) dan empat tingkat di atas ekspektasi Moody's. Peringkat itu mencerminkan dukungan yang sangat kuat dari Pemerintah Indonesia terhadap perseroan.

"Profil kredit mandiri Hutama Karya mencerminkan posisinya sebagai salah satu pemain bisnis engineering, procurement and construction (EPC)  dari sisi pendapatan dengan rekam jejak menyelesaikan proyek-proyek besar," jelas Abhishek Tyagi, Vice President and Senior Analyst Moody's melalui keterangan resmi, Senin (13/4/2020).

Tyagi menyebut, profil kredit Hutama Karya juga mencerminkan pertumbuhan operasional jalan tol. Hutama Karya merupakan BUMN yang mendapat penugasan sebagai pengembang dan pengelola jalan tol Trans Sumatra.

Saat proyek Trans Sumatra rampung, Hutama Karya bisa menjadi operator jalan tol terbesar di Indonesia. Pasalnya, mega proyek tersebut merupakan proyek jalan bebas hambatan dengan total panjang lebih dari 2.700 kilometer.

Untuk mendukung proyek jalan Tol Trans Sumatra, pemerintah telah memberikan penjaminan atas utang Hutama Karya. Sebanyak 78 persen utang Hutama Karya digunakan untuk proyek Trans Sumatra.

Menurut Moody's, diversifikasi usaha Hutama Karya membantu perusahaan tersebut dari fluktuasi pendapatan dan menyokong profil kredit. 

Per Desember 2019, Hutama Karya mencatat kontrak dihadapi sebanyak Rp58,9 triliun. Adapun, pendapatan perseroan mencapai Rp27,1 triliun. Rasio kontrak dihadapi berbanding dengan pendapatan mencapai 2,2 x, nisbah yang dinilai Moody's sehat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini