3 Masalah Utama Lemahnya Promosi Investasi Indonesia

Bisnis.com,14 Apr 2020, 18:59 WIB
Penulis: Desyinta Nuraini
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani, memberikan paparan pada Indonesia-Korea Business Dialogue di Tangerang, Senin (6/8/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Strategi promosi investasi di Indonesia kurang berjalan baik. Setidaknya ada 3 masalah besar yang mendasari dan harus diperbaiki.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Bidang Hubungan Internasional, Shinta W. Kamdani mengatakan masalah pertama yakni daya tarik iklim usaha dan investasi nasional masih kurang baik dibanding negara pesaing.

Padahal, keduanya adalah materi promosi investasi utama yang menjadi faktor penentu terbesar dalam keberhasilan promosi investasi. Oleh karena itu Shinta berharap ada perbaikan yang dilakukan pemerintah dalam hal ini.

Kedua, tidak adanya koordinasi antara fungsi promosi dan fungsi realisasi investasi di Indonesia. Antar lembaga jalan masing-masing, koordinasi dengan pelaku usaha lemah dan menyebabkan Indonesia sering gagal menarik calon investor.

Di dalam negeri, tidak ada pihak yang menyambut investor agar minat investasi berlanjut hingga terealisasi. "Padahal, di negara pesaing (China dan Vietnam khususnya), kedua fungsi ini bisa dikatakan seamless sehingga investor asing merasa sangat disambut untuk berinvestasi di negara tersebut," tegas Shinta kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Ketiga, ketidaksiapan sebagian besar pelaku usaha nasional untuk bermitra dengan pelaku usaha asing.

Shinta menjabarkan sebetulnya hampir tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antara promosi investasi dalam era industri 4.0 dan sebelumnya. Hal ini lantaran faktor penentu utama keberhasilan promosi investasi masih sangat tergantung pada keterbukaan, level kepastian berusaha, daya saing iklim usaha dan investasi Indonesia dibanding negara lain.

Namun belakangan masalah transparansi informasi, simplifikasi, dan fasilitasi investasi menjadi trend baru dalam promosi investasi dunia saat ini. Shinta menjelaskan negara-negara yang memiliki volume inbound investasi tinggi di kawasan seperti Singapura, Vietnam, dan China semuanya melakukan strategi yang sangat service-oriented itu. "Jadi, investor merasa sangat disambut dan dipermudah dalam merealisasikan investasinya," imbuhnya.

Untuk itu, dia berharap ke depan Indonesia juga harus mengadopsi dan mengembangkan strategi yang sama kalau mau menarik lebih banyak investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Novita Sari Simamora
Terkini