Bisnis.com, Jakarta—Sebagian besar emiten farmasi merealisasikan pertumbuhan laba bersih pada 2019. Namun, ternyata kenaikan harga saham tertinggi dicetak oleh satu emiten yang belum melaporkan kinerjanya. Kok bisa ya?
Laju harga saham emiten sektor farmasi secara rerata terkoreksi tipis yakni kurang dari 1 persen secara tahun berjalan. Hal itu menjadi kontras dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terdiskon cukup dalam.
Menariknya, ada emiten dengan harga saham yang terkoreksi cukup parah dan kinerjanya juga tertekan yakni PT Merck Tbk. Ada pula emiten yang harga sahamnya justru naik tipis padahal laba bersihnya turun paling parah yaitu PT Kimia Farma Tbk.