Meleset! Penurunan Harga Gas Tak Jadi Jaminan Industri Baja Membaik

Bisnis.com,17 Apr 2020, 15:55 WIB
Penulis: Ipak Ayu H Nurcaya
Pekerja memeriksa pipa gas metan di instalasi Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biogas berkapasitas 700 kilowatt di Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V Terantam, Kabupaten Kampar, Riau (4/3/2019)./ANTARA-FB Anggoro

Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan harga gas industri tidak juga menyelamatkan industri besi dan baja yang mencatatkan kinerja jeblok akibat tertekan kondisi pandemi Covid-19.

Khusus sektor besi dan baja, ada 56 perusahaan yang mendapatkan harga gas industri sebesar US$6 per million british thermal unit (mmbtu).

Ketua Umum Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) Silmy Karim mengatakan penurunan harga gas menjadi US$6 per mmbtu diharapkan memberi angina segar bagi industri. Pihaknya pun mengapresiasi pemerintah yang telah merealisasikannya.

"Namun, saat ini masih covid-19 sehingga susah melihat potensi kenaikan utilisasi, tetapi di konidisi normal seharusnya bisa naik 10-20 persen juga yang akan meningkat tentu daya saing sehingga tidak kalah dengan impor," katanya kepada Bisnis, Jumat (17/4/2020).

Silmy membeberkan di tengah tekanan covid-19 ini ada penurunan kapasita produksi sekitar 30-40 persen.

Wakil Ketua Umum IISIA Ismail Mandry menambahkan dengan penurunan kapasitas produksi tersebut utilisasi industri baja saat ini sudah berkisar 20—30 persen dari sekitar 50—40 persen sebelum covid-19.

Langkah pengurangan karyawan oleh sejumlah perusahaan pun tidak terelakkan.

"Kami seperti sektor yang lain juga terpukul karena pelemahan ekonomi akibat virus corona. Paling tidak hanya sampai Juni ketahanan perusahaan akan dipertaruhkan selanjutnya jika Covid-19 berlanjut tinggal keputusan masing-masing," ujarnya.

Ismail juga menegaskan tidak bisa serta merta meminta industri bangkit dengan direalisasikannya harga gas tertentu. Menurutnya, soal harga gas industri sudah menunggu sejak lama dan saat ini ada kondisi yang berbeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: David Eka Issetiabudi
Terkini