Bertahan di Tengah Corona, Pelaku UMKM Ini Banting Setir jadi Produsen Masker

Bisnis.com,20 Apr 2020, 20:16 WIB
Penulis: M. Richard
Nasabah bertransaksi melalui mesin ATM di galeri e-banking Bank BRI, di Jakarta, Selasa (12/9)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA – Salah seorang pedagang baju yang merupakan nasabah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., Herwadi, banting stir akibat penurunan omzet bisnis selama wabah virus corona (Covid-19) terjadi di Indonesia.

Pria berusia 39 tahun ini memulai usahanya sebagai pembuat dan penjual masker di Desa Selage, perbatasan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak Maret 2020.

Sebelumnya, sejak 2005, Herwadi merupakan pedagang baju di Pasar Jelojo, Janapria Lombok Tengah dan Pasar Rarang Lombok Timur, NTB.

Sejak penyebaran Covid-19, omzet penjualan usahanya menurun drastis, sehingga dia memutar otak untuk mempertahankan usaha, agar dapurnya tetap ngebul.

“Saya sudah tidak melakoni usaha jual pakaian jadi lagi. Semenjak wabah Covid-19, pasar tempat saya berdagang ditutup sementara oleh pemerintah. Saya melihat peluang bisnis baru agar saya dan delapan orang pekerja saya tetap bisa hidup, kami membuat dan menjual masker untuk masyarakat di wilayah Lombok,“ jelas Herwadi, dalam siaran pers BRI, Senin (20/4/2020).

Herwadi, salah seorang pedagang baju yang merupakan nasabah BRI, banting stir akibat penurunan omzet bisnis selama wabah Covid-19 terjadi di Indonesia/Dokumen BRI

Herwadi saat ini mendapat pesanan pembuatan masker dari Pemerintah Kabupaten Lombok Timur sebanyak 10.000 lembar yang nantinya akan disalurkan oleh pemerintah kepada warga masyarakat di wilayah tersebut. Herwadi mengaku dia menjual masker ini kepada pemerintah seharga Rp3.500 per lembar.

"Dalam sehari saya membuat masker kurang lebih 1.000 lembar dengan tipe satu lapisan. Kami jual kepada pemerintah Rp3.500 per lembar. Sebelumnya, kalau langsung dijual kepada broker atau tengkulak masker, biasanya saya memberikan harga Rp5.000 per lembar," ungkapnya.

Dalam 3 minggu belakangan, Herwadi telah berhasil meraup puluhan juta rupiah dari penjualan masker kepada broker besar di wilayah Lombok. Herwadi mengatakan para broker biasa mengambil dalam jumlah yang cukup banyak, kisaran 1.000 lembar masker untuk sekali ambil.

Pengambilan biasanya terjadi 1 hingga 2 hari sekali. Herwadi juga menambahkan bahwa maskernya tidak hanya dipasarkan di Lombok Timur, tetapi juga dikirim ke berbagai kota lain, seperti Lombok Barat dan Lombok Tengah.

Untuk mendukung kelangsungan usaha, Herwadi memperkuat permodalanya dengan KUR dari BRI. Herwadi meminjam KUR BRI senilai Rp25 juta untuk membeli bahan baku kain dan karet yang saat ini mulai langka dan mahal. Bantuan KUR ini menurutnya sangat membantu dalam menyediakan stok barang dan membayarkan upah mingguan para pekerjanya.

Dia menjadi nasabah BRI sejak 3 tahun lalu, baik pinjaman dan simpanan. Herwadi mengaku merasa nyaman dengan layanan yang diberikan perseroan.

Senada dengan hal tersebut, Corporate Secretary Bank BRI Amam Sukriyanto mengatakan bahwa pihaknya memang banyak memberikan kemudahan bagi para nasabahnya, terlebih dalam masa-masa sulit seperti sekarang ini.

Proses pengajuan, analisis kredit, dan pencairan yang cepat serta terdigitalisasi adalah salah satu kemudahan yang ditawarkan oleh BRI.

Amam menyebutkan penyaluran kredit mikro Bank BRI secara nasional hingga Desember 2019 lalu adalah senilai Rp307,7 triliun. Sementara untuk wilayah Denpasar mencapai Rp21,4 triliun hingga akhir Maret 2020 lalu.

“Kami berharap semakin banyak nasabah Bank BRI yang ikut terlibat dalam memerangi wabah Covid-19 ini. BRI terus berkomitmen untuk mendukung dan memberikan pendampingan kepada pelaku UMKM di situasi seperti sekarang ini,” tutup Amam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini