Sentimen Negatif Pandemi, KNEKS Minta Masukan Soal Mitigasi Keuangan Syariah

Bisnis.com,21 Apr 2020, 13:26 WIB
Penulis: M. Richard
Ilustrasi lembaga keuangan syariah./Istimewa
Bisnis.com, JAKARTA - Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) berharap dapat masukan dan para pakar dan praktisi keuangan syariah global, terkait dengan contingency plan dan strategi mitigasi industri keuangan syariah pada masa krisis kesehatan epidemi virus corona.
Direktur Pendidikan dan Penelitian Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat mengatakan pihaknya bersama Islamic Finance Team Revinitiv Thomson Reuters mengadakan webminar yang menghadirkan pakar dan direktur industri keuangan syariah dunia.
"Tujuan dari acara ini, kami harap dapat bertukar pikiran menyiapkan contingency plan, mitigasi, dan belajar strategi masing-masing dari setiap pelaku dan pakar yang hadir," katanya dalam Live Streaming KNEKS, Selasa (21/4/2020).
Dalam kesempatan yang sama, Proposition Manager at Islamic Finance Team Revinitiv Thomson Reuters Shaima Hassan, secara pribadi berpendapat, sentimen negatif di pasar keuangan termasuk syariah mulai meningkat.
Hanya saja, industri keuangan syariah masih tergolong sedikit aman karena bergantung pada pembiayaan ritel, dan tidak terlalu banyak menggarap produk investasi di pasar sekunder.
"Namun, tetap saja, seberapa dalam dampak yang dihasilkan nantinya akan bergantung seberapa cepat penanggulangan virus itu sendiri. Jika berlarut, bukan tidak mungkin krisis ekonomi saat ini bisa lebih parah dibandingkan dengan krisis keuangan 2008," katanya.
Presiden Direktur Refinitiv Steve Dean mengatakan kondisi ekonomi dunia termasuk Indonesia saat ini sangat membutuhkan perhatian dari sisi likuiditas.
"Memang hampir semua bank sentral dunia sudah berkomitmen untuk dapat merelaksasi likuiditas. Namun, ketersediaan likuiditas saat ini perlu menjadi perhatian karena industri keuangan dengan segmen ritel pun sulit bertahan dengan keterbatasan likuiditas," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini