Waspada Dampak Corona, Bumi Resources (BUMI) Kendalikan Pengeluaran Capex

Bisnis.com,21 Apr 2020, 09:52 WIB
Penulis: Yanita Petriella
Lokasi penambangan PT Bumi Resources Tbk/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja dan rencana perusahaan PT Bumi Resources tetap berjalan dan belum signifikan terdampak pandemi virus corona(Covid-19). 

Direktur & Corporate Secretary PT Bumi Resources Tbk (BRMS) Dileep Srivastava  mengatakan untuk tahun ini, BUMI mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 50 juta hingga US$60 juta.

Di tengah pandemi virus corona tentu perusahaan melakukan pemantauan dan pengendalian secara cermat pengeluaraan Capex.

"Belum ada dampak besar Covid-19 pada batu bara," ujarnya kepada Bisnis, Senin (20/4/2020).

Sepanjang tahun ini, perusahaan tak memiliki rencana investasi  batu bara. Untuk rencana perusahaan membangun pabrik pengolahan batu bara menjadi gas atau gasifikasi di kawasan Kalimantan Timur tetap berjalan dan sesuai dengan progress serta jadwal yang telah ditetapkan. 

Adapun saat ini masih dalam tahap studi kelayakan atau FS dan diharapkan hingga akhir tahun dapat selesai. Pembangunan proyek ini dapat memakan waktu sekitar 3 tahun dari persetujuan untuk memulai dengan biaya sekitar US$1 miliar hingga US$2 miliar.

"Untuk proyek gasifikasi potensial ini sesuai dengan progres dimana laporan kelayakan diharapkan akan segera siap. BRMS berada di jalur," katanya.

Guna mempertahankan kinerja, BUMI melakukan diversifikasi atas pendapatan dari perusahaan dengan melakukan percobaan produksi emas dari Citra Palu.

"Perusahaan mengembangkan rencana untuk memulai seng pada tahun 2022," ucap Dileep.

Selain itu, lanjutnya, saat ini perusahaan tengah menunggu kepastian hukum perpanjangan izin Perusahaan Perjanjian Karya Pertambangan Batu Bara (PKP2B) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

"Kami sangat menunggu keputusan akhir pemerintah tentang konversi PKP2B ke IUPK. Setelah itu kami dapat meninjau rencana masa depan seperti proyek pembangkit listrik tenaga batu bara yang lebih banyak di Kaltim Prima Coal (KPC)," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: David Eka Issetiabudi
Terkini