Minyak Mentah Kembali Bergejolak, Wall Street Ditutup Anjlok

Bisnis.com,22 Apr 2020, 07:21 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat anjlok terdalam sejak tiga pekan terakhir pada perdagangan Selasa (21/4/2020) karena gejolak di pasar minyak mentah memicu aksi penghindaran risiko.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 ditutup turun 3,07 persen ke level 2.736,56, dengan investor ekuitas mengabaikan kesepakatan yang dicapai oleh Gedung Putih dan Kongres mengenai stimulus baru untuk memerangi dampak pandemi virus corona.

Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 2,67 persen atau 631,56 poin ke level 23.018,88, sedangkan indeks Nasdaq Composite turun 3,48 persen atau 297,50 ke level 8.263,23.

Pasar minyak mentah anjlok untuk hari kedua, dengan kontrak Juni sempat merosot nyaris 70 persen setelah kontrak Mei yang berakhir pada Selasa merosot di bawah nol untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Penurunan harga minyak mungkin menandakan pukulan terhadap ekonomi global akan jauh lebih buruk daripada yang diantisipasi oleh investor. Meskipun sejumlah negara di seluruh dunia mengambil langkah tentatif menuju pembukaan kembali perekonomian, tanda-tanda bahwa AS akan mendorong pengeluaran tidak banyak mengimbangi kekhawatiran baru mengenai resesi ekonmi.

Laporan keuangan emiten menambah tekanan di pasar. Penurunan laba yang dalam sering kali dibarengi dengan penurunan proyeksi perusahan selama sisa tahun ini dan tanda-tanda bahwa investasi akan turun.

 “Pasar tampaknya mengambil nafas setelah pemulihan yang cepat,” kata Candice Bangsund, manajer portofolio alokasi aset global di Fiera Capital Corp, seperti dikutip Bloomberg.

“Sebagian pergerakan pasar didorong oleh kejatuhan mendalam dan historis dalam harga minyak. Itu sebagian besar merupakan katalisator yang mengguncang sentimen pasar yang sudah rapuh," lanjutnya.

Di sisi lain, saham Netflix naik setelah penutupan perdagangan reguler ketika perusahaan mencatat kenaikan pelanggan hampir dua kali lipat dibandingkan perkiraan pada kuartal pertama. Sementara itu, Chipotle merevisi perkiraan pendapatannya.

Sementara itu, laporan bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam kondisi kritis menambah ketidakpastian pasar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini