Pemulihan Ekonomi Tak Pasti, Bursa Saham Jepang Terpeleset

Bisnis.com,24 Apr 2020, 14:30 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Bursa Saham Tokyo./Kiyoshi Ota - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Jepang terpeleset ke zona merah pada akhir perdagangan hari ini, Jumat (24/4/2020), di tengah ketidakpastian soal pulihnya ekonomi yang telah terpukul pandemi virus corona (Covid-19).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix ditutup di level 1.421,29 dengan koreksi sebesar 0,33 persen atau 4,69 poin dari level 1.425,98 yang mampu membukukan rebound tajam pada penutupan perdagangan Kamis (23/4/2020).

Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 berakhir di level 19.262 dengan pelemahan 0,86 persen atau 167,44 poin dari level 19.429,44 pada perdagangan sebelumnya. Sepanjang perdagangan hari ini, Nikkei bergerak dalam kisaran 19.175,38 – 19.352,24.

Saham Tokyo Gas Co. Ltd. yang turun 5,34 persen mencatat penurunan terbesar pada Nikkei, disusul saham Alps Alpine Co. Ltd. (-4,28 persen), dan Advantest Corp. (-4,11 persen).

Kantor Kabinet Jepang pada Kamis (23/4) menyatakan ekonomi berada dalam situasi yang sangat parah dan memburuk dengan cepat.

Jepang menurunkan ekspektasinya untuk pengeluaran konsumen, produksi, pendapatan perusahaan dan lapangan pekerjaan. Untuk proyeksi ekonomi, pemerintah Negeri Sakura memperkirakan kondisi yang ekstrem akan terus berlanjut karena pandemi virus mematikan tersebut.

Sejumlah analis melihat ekonomi Jepang akan menyusut lebih dari 20 persen pada kuartal II/2020, seperti dilansir dari Bloomberg.

Bersama bursa saham Jepang, indeks saham lain di Asia mayoritas juga melemah pada perdagangan hari ini.

Mengutip draft dokumen yang diterbitkan secara tidak sengaja oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Financial Times melaporkan bahwa obat Covid-19, Remdesivir, yang diproduksi Gilead Sciences Inc. gagal dalam uji klinis acak pertama. Namun, perusahaan membantah hasil tersebut.

Sementara itu, klaim pengangguran awal AS dilaporkan melonjak 4,4 juta pekan lalu. Total warga AS yang kehilangan pekerjaan kini melebihi 26 juta orang akibat dampak shutdown perekonomian yang dipicu oleh pandemi Covid-19.

“Ada daftar panjang data yang cukup mengejutkan, hanya dalam 24 jam terakhir,” ujar Nerida Cole, managing director di Dixon Advisory.

“Perhitungan pasar tentu saja berada di sisi optimistis bahwa itu akan menjadi jalan keluar dari krisis [Covid-19) dan di situlah investor perlu sangat berhati-hati,” sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini