GP Farmasi Berharap dapat 2 Persen dari Anggaran Kesehatan Covid-19

Bisnis.com,27 Apr 2020, 18:29 WIB
Penulis: Nyoman Ary Wahyudi
Seorang peneliti bekerja di laboratorium pusat pencegahan dan pengendalian penyakit di Nanyang, Provinsi Henan, China tengah, pada 4 Februari 2020./Antara-Xinhua

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi meminta pemerintah untuk mengalokasikan dana bantuan sekitar 2 persen dari total anggaran tambahan kebijakan kesehatan untuk penangan Covid-19 yang sebesar Rp75 triliun, atau sekitar Rp1,5 triliun.

“Kami memohon dan berandai-andai jika memungkinakan 2 persen dari dana yang disampaikan oleh pemerintah terkait penanganan Covid-19 untuk dapat membantu kehidupan farmasi,” kata Direktur Eksekutif GP Farmasi, Dorojatun Sanusi, di dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan komisi VI DPR RI.

Menurut dia, dengan anggaran demikian, industri farmasi dapat menyediakan obat-obatan dengan cara yang lebih wajar. Karena, menurut dia, jika kurangnya aliran dana dapat membuat industri berhenti. “Itu bukan berarti untuk melunasi hutang-hutang perusahaan,” kata dia.

Pemerintah telah mengalokasikan dana hingga Rp405,1 triliun dalam upaya menangani dampak penyebaran virus Corona di Indonesia.

Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang ditayangkan secara langsung melalui akun YouTube resmi Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Rabu (1/4/2020), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan perincian anggaran tersebut.

Dana tambahan belanja dan pembiayaan APBN 2020 itu dibagi dalam beberapa kelompok, yakni kesehatan, social safety net, dan dukungan industri. Untuk kebijakan kesehatan, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp75 triliun.

GP Farmasi menyatakan rata-rata utilisasi atau kapasitas terpasang industri farmasi hanya sekitar 55-60 persen sehingga jika memproduksi klorokuin sebagai alternatif obat Covid-19 akan menghasilkan 3 juta butir per bulan.

Dorojatun Sanusi pun mengatakan, angka itu sama dengan produksi yang sudah dilakukan oleh satu perusahaan farmasi saja, yakni PT Kimia Farma.

Menurut dia, dari GP Farmasi sebenarnya bisa melakukan produksi dalam jumlah lebih besar lagi. Namun, saat ini sejumlah perusahaan sedang terganjal masalah finansial utamanya dari iuran JKN yang belum dibayarkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Andya Dhyaksa
Terkini