Italia Mulai Melonggarkan Kebijakan Lockdown 4 Mei Mendatang

Bisnis.com,27 Apr 2020, 16:07 WIB
Penulis: Andya Dhyaksa
Penumpang kereta menggunakan masker saat menunggu kereta di peron kereta bawah tanah Metro Milan di Milan, Italia, Kamis (12/3/2020). Italia menghentikan kehidupan normal dan hanya memberikan akses terhadap layanan-layanan penting untuk membendung penyebaran virus corona yang mematikan. Bloomberg/Alberto Bernasconi

Bisnis.com, JAKARTA - Satu demi satu, sejumlah negara mulai memperlonggar kebijakan lockdown (karantina) dalam menghadapi wabah virus Corona (Covid-19). Vietnam menjadi negara pertama yang melakukan itu, yakni pada minggu lalu.

Lantas, giliran Selandia Baru, di mana Perdana Menteri Jacinda Ardern mengumumkan pagi tadi untuk "sedikit membuka keran lockdown" di negaranya, yakni memperbolehkan aktivitas sejumlah bisnis yang tak begitu penting untuk beroperasi.

Tak ketinggalan Italia juga akan menerapkan kebijakan yang hampir serupa dengan Selandia Baru, yakni mengendurkan kebijakan lockdown.

Perdana Menteri Giuseppe Conte mengatakan, langkah-langkah itu akan mulai diberlakukan pada 4 Mei, dengan orang-orang diizinkan mengunjungi kerabat mereka dalam jumlah kecil.

Selain itu, taman, pabrik, dan lokasi pembangunan akan dibuka kembali. Meski demikian sekolah tidak akan memulai kembali kelas hingga September. 

Itu terjadi ketika negara itu mencatat jumlah kematian harian terendah dalam beberapa minggu. Ada 260 kematian terkait virus Corona pada hari Minggu, angka harian terendah sejak 14 Maret. Total warga yang meninggal kini ada di angka 26.644, tol resmi tertinggi di Eropa.

Langkah pelonggaran lockdown itu disampaikan Conte dalam sebuah siaran di televisi, seperti yang dikutip dari BBC. Ada beberapa kebijakan dalam "fase dua" kebijakan lockdown ini, begitu Conte membahasakannya. Berikut beberapa di antaranya.

Meski fase II akan dijalankan, Conte tetap mengingatkan bahwa masyarakat Italia harus tetap memperhatikan jarak antarwarganya. Hal ini ia tekankan dengan keras.

"Jika kita tidak menghargai tindakan pencegahan kurva akan naik, kematian akan meningkat, dan kita akan memiliki kerusakan permanen pada ekonomi kita," kata perdana menteri. "Jika kamu mencintai Italia, jaga jarakmu."

Menurut data dari Johns Hopkins University of Medicine sendiri, tingkat kasus positif di Italia termasuk yang tertinggi. Yakni mencapai 197.675 kasus positif (tertinggi ketiga di dunia) dengan jumlah kematian mencapai 26.644.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Andya Dhyaksa
Terkini