Bisnis.com, JAKARTA - Salah satu bank milik negara buka suara memberikan konfirmasi terkait dengan isu penyelamatan utang Garuda Indonesia melalui merger dengan Lion Air.
Dalam rapat bersama Komisi VI DPR melalui video streaming, Kamis (30/4/2020), Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Anggoro Eko Cahyo menegaskan jika isu tersebut tidak benar.
"Tidak benar BNI mendorong Garuda untuk merger dengan Lion Air. Itu tidak pernah kami bahas, kami selalu mendukung Garuda," katanya.
Anggoro menjelaskan jika BNI, sebagai bank milik negara, berkomitmen membantu Garuda untuk menghadapi masa sulit dengan memberikan skema yang telah ditawarkan dan saat ini sudah berproses.
Dia menyebutkan BNI mengubah fasilitas noncash loan menjadi cash loan untuk Garuda. "Kami pasti mendukung Garuda karena fasilitas Garuda Group ada di BNI," kata Anggoro.
Adapun, pernyataan Anggoro tersebut menjawab pertanyaan dari Anggota Komisi VI DPR Andre Rosiade. Andre meminta konfirmasi BNI atas isu yang beredar jika bank pelat merah tersebut meminta Garuda Indonesia merger dengan Lion Air sebagai upaya penyelamatan utang.
Untuk diketahui, emiten berkode saham GIAA tersebut memiliki liabilitas jangka pendek yang cukup besar per akhir 2019, totalnya mencapai US$3,25 miliar. Kewajiban jangka pendek itu mendominasi total liabilitas perseroan yang mencapai US$3,73 miliar.
Dari jumlah tersebut, sebanyak US$984,85 juta di antaranya merupakan pinjaman bank. Pinjaman ini terdiri dari pinjaman bank terafiliasi sebanyak US$540,09 juta dan US$444,75 juta kepada bank pihak ketiga.
Mengutip laporan keuangan 2019, maskapai pelat merah ini memiliki total pinjaman senilai US$1,83 miliar, dan pinjaman bersih senilai US$1,53 miliar. Sementara itu, ekuitas perseran mencapai US$720,62 juta. Dengan demikian posisi debt to equity (DER) perseroan mencapai 2,55 kali, dan net debt to equity ratio perseroan mencapai 214 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel