Triwulan I/2020, Laju Ekspor dan Impor Bali Masih Negatif

Bisnis.com,04 Mei 2020, 14:13 WIB
Penulis: Feri Kristianto
Sebuah truk pengangkut barang dari Nusa Tenggara Barat melintas di dermaga Pelabuhan Padangbai, Karangasem, Bali, Selasa (28/4/2020). Pelabuhan Padangbai masih beroperasi namun terbatas hanya untuk kendaraan pengangkut barang atau Logistik, penumpang menuju Pulau Nusa Penida, dan penumpang dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Provinsi NTB menyusul kebijakan pemerintah setempat yang mengizinkan warganya pulang kampung di tengah pandemi Covid-19./Antara-Nyoman Hendra Wibowo

Bisnis.com, DENPASAR — Laju ekspor Bali belum kunjung menunjukkan perbaikan arah positif sejak akhir 2019 lalu. BPS Bali mencatat, pada triwulan pertama 2020, nilai ekspor dari daerah ini masih mengalami penurunan sebesar 9,28 persen atau senilai US$141,5 juta.

Pengiriman barang menuju Australia tercatat mengalami penurunan terdalam dibandingkan dengan negara-negara lain sepanjang Januari-Maret 2020, yakni mencapai 26,95 persen. Selain negara tetangga tersebut, negara tradisional tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan China juga mengalami penurunan masing-masing 4,45 persen dan 16,94 persen.

Kepala BPS Bali Adi Nugroho mengungkapkan ketiga negara itu memiliki pangsa pasar besar bagi tujuan barang-barang dari Pulau Dewata.

“Amerika Serikat menjadi pangsa ekspor terbesar dengan share 28,82 persen dari total ekspor kumulatif,” jelasnya, Senin (4/4/2020).

Berdasarkan data BPS Bali, sektor yang menjadi penopang besarnya laju penurunan ekspor tersebut adalah industri pengolahan. Pangsa pasar produk-produk industri pengolahan di Bali mencapai 88,42 persen dari total keseluruhan ekspor. Jika dibandingkan dengan kondisi periode Januari-Maret 2019 (y-o-y), ekspor di sektor industri pengolahan justru menurun sedalam 7,67 persen.

Berbagai komoditas hasil dari industri pengolahan itu seperti pakaian jadi bukan rajutan, kain perca, kayu, barang dari kayu, ikan dan udang. Hampir seluruh komoditas itu mengalami penurunan pengiriman ke luar negeri.

Adi mengungkapkan meskipun ada penurunan, ternyata masih ada komoditas yang memberikan sinyal positif, yakni produk pertambangan justru naik hingga 146,17 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu.

“Karena ekspor produk bijih, kerak, abu logam berupa bijih zirconium dan konsentratnya yang ditujukan ke Negara Spanyol,” tuturnya.

Tidak hanya laju ekspor mengalami penurunan, impor pun juga mengalami nasib sama. Nilai mpor barang kumulatif Provinsi Bali dari luar negeri periode Januari-Maret 2020 tercatat senilai US$48,5 juta, atau turun sedalam 19,59 persen jika dibandingkan dengan periode sama 2019 yang tercatat mencapai US$60,3 juta.

Hongkong menjadi negara asal impor terbesar Bali yang tercatat memiliki share 25,29 persen persen dari total impor. Penurunan impor terdalam tercatat berasal dari negara Perancis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini