Bisnis.com, JAKARTA - Industri perbankan mulai melakukan efisiensi biaya operasional untuk bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Merujuk pada data Statistik Perbankan Indonesia oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Perbankan di Indonesia memang tinggi. Pada Januari 2020, rasio BOPO bank umum konvensional tercatat sebesar 83,49 persen atau turun tipis dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu yang sebesar 87,79 persen.
Rasio BOPO Bank Umum (dalam persen)
Sumber: OJK, Januari 2020
Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Hery Gunardi mengatakan ada sejumlah upaya yang dilakukan oleh perseroan untuk mampu bertahan di tengah pandemi. Dengan kondisi perjalanan dinas yang tidak dilakukan, biaya tersebut kemudian dialihkan untuk menekan cost. Selain itu, biaya-biaya lain seperti lembur dan biaya promosi juga ditekan untuk melakukan penghematan.
Menurutnya, efisiensi yang dilakukan sudah sesuai dengan hasil stress test yang melihat apabila kondisi tidak terlalu berat, sedang, dan sangat berat. Stress test tersebut menyesuaikan dengan kondisi profit dan kemungkinan adanya rasio kredit bermasalah maupun non-performing loan (NPL).
"Kami juga perbankan mesti bertahan, kalau bank tidak bertahan, debitur juga. Kami lakukan penghematan efisiensi untuk menekan biaya tidak perlu," katanya.
Menurutnya, bertahan adalah hal yang bisa dilakukan bank saat ini ketimbang bertumpu pada pertumbuhan bisnis. Pasalnya, permintaan kredit masyarakat yang rendah dan menurun drastis di semua sektor mulai dari konsumer, usaha kecil dan menengah, hingga wholesale.
Bank Mandiri, lanjutnya, sudah cukup jeli dengan menyesuaikan kondisi nasabah lewat menghadirkan layanan digital. Hasilnya, transaksi online nasabah meningkat. Hal tersebut yang membuat Bank Mandiri fokus mendorong kemampuan e-channel agar nasabah bisa bertransaksi dengan lancar.
"Karena semua nasabah memang fokus bertahan di tengah badai pandemi Covid-19. Tentunya dengan cara kami melakukan penghematan efisiensi dan menjaga operasional perbankan terbatas, kami mampu bertahan," katanya.
Ilustrasi transaksi digital
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn mengatakan perseroan berkomitmen untuk memanfaatkan teknologi informasi yang berperan sebagai business enabler untuk mendukung kegiatan operasional perbankan.
Selain mendukung kemudahan nasabah dalam bertransaksi, penerapan teknologi informasi juga diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas proses internal BCA.
Di sisi lain, saat ini perseroan juga meminimalisir kegiatan bersifat massal, seperti penyelenggaraan event dalam skala besar.
"Hal ini kami lakukan dalam rangka efisiensi di tengah pandemi Covid-19 saat ini," katanya kepada Bisnis, Senin (4/5/2020).
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. mengaku telah melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan efisiensi di tengah pandemi Covid-19.
Corporate Secretary BRI Amam Sukriyanto mengatakan, sejak awal Covid-19 menyebar di Indonesia, perseroan mengimbau karyawan untuk tidak melakukan perjalanan dinas. Hal ini diyakini berhasil menghasilkan penghematan biaya operasional.
Menurutnya, bentuk penghematan lainnya yakni pengurangan penggunaan listrik karena 70 persen pekerja BRI saat ini melakukan work from home.
Secara teknis, pekerjaan sudah dilakukan secara digital melalui e-office, sedangkan untuk rapat saat ini sudah menggunakan teknologi (virtual).
"Harapannya hal-hal tersebut mampu menekan overhead cost perseroan sehingga mendukung kinerja perusahaan," katanya
Pengamat Ekonomi dari Perbanas Institute Piter Abdullah mengatakan bank memang harus meningkatkan efisiensi di tengah kondisi saat ini. Pengeluaran yang tidak perlu khususnya non operasional harus menjadi yang pertama dipangkas. Pengeluaran tersebut termasuk biaya entertainment direksi.
Bahkan, lanjutnya, bank juga bisa memotong biaya sumber daya manusia lewat pemotongan bonus. Langkah efisiensi lain yang dapat dilakukan bank adalah menurunkan bunga dana pihak ketiga (DPK).
"Kondisi bank berbeda-beda, mereka yang tahu pasti mana yang bisa dipotong. Utamanya adalah entertainment direksi, bonus-bonus, dan pengeluaran lain yang bisa ditangguhkan, termasuk pendidikan pelatihan pegawai," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel