Bisnis.com, JAKARTA - Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi yang juga menghambat pertumbuhan kredit memang masih cukup tinggi. Namun, tren pertumbuhan fungsi intermediasi awal tahun memberi optimisme yang cukup kuat bahwa aktivitas ekonomi akan kembali bergerak pada paruh kedua tahun ini.
Otoritas Jasa Keuangan mencatat kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan per Maret 2020 masih tumbuh positif, bahkan mulai meningkat dari akhir tahun lalu yang secara konstan melambat.
Kredit perbankan tumbuh sebesar 7,95 persen secara year-on-year (yoy), ditopang oleh kredit valuta asing (valas) yang tumbuh sebesar 16,84 persen secara tahunan.
Profil risiko lembaga jasa keuangan pada awal tahun ini juga masih terjaga dengan rasio nonperforming loan (NPL) gross tercatat sebesar 2,77 persen.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan dampak pandemi virus corona terhadap ekonomi belum begitu mengerikan pada awal tahun ini, tetapi kredit masih dapat tumbuh cukup baik dengan dengan tren meningkat.
“Kalau kondisi penyebaran bisa dijaga seperti sekarang ini, dan tidak terjadi lonjakan yang sangat tinggi sehingga kemudian bisa berakhir cepat, maka pertumbuhan kredit masih bisa di kisaran 6 persen sampai dengan 7 persen secara tahunan pada tahun ini,” katanya, Senin (4/5/2020).
Menurut Piter, kekhawatiran berlebihan terhadap kondisi ekonomi yang akan berada pada level sangat berat tahun ini seharusnya tidak diperlukan. Masih banyak perusahaan-perusahaan yang berada di zona hijau yang masih mampu beroperasi dengan baik sehingga menjaga penyaluran kredit.
Lagi pula, tekanan NPL juga tidak akan terlalu kuat karena relaksasi aturan restrukturisasi, serta kondisi sebagian debitur yang masih cukup optimistis menjawab permintaan konsumsi masyarakat dan sejumlah proyek yang masih berjalan.
"Di luar itu, pemerintah juga nampaknya tidak terlalu ketat melaksanakan PSBB (pembatasan social berskala besar). Dengan demikian perekonomian masih berjalan walaupun melambat," tuturnya.
Grafis perkembangan kinerja perbankan pada kuartal awal tahun 2020.
Senada, Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro berpendapat pertumbuhan kredit yang baik tersebut untuk membantu menjaga likuditas pelaku industri riil. Hal ini justru sangat positif, baik bagi bank dan debitur karena akan mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi pascapandemi.
“Menurut saya ekspansi kredit awal tahun ini adalah risiko yang masih terhitung, yang merupakan sinyal yang cukup baik dari perbankan,” ujarnya.
Dia menjelaskan, dari April hingga Juni 2020, tekanan produksi akan cukup tinggi karena pembatasan sosial berskala besar, sehingga berdampak pada perlambatan pertumbuhan kredit yang cukup berat.
"Namun, kondisi ini pun justru bisa diminimalisir jika seandainya pemerintah mau membuka sedikit kegiatan ekonomi, meskipun dengan berbagai syarat dan kondisi," katanya.
Setelah masa berat tersebut, Ari berpendapat akan terjadi ledakan konsumsi yang cukup hebat yang akan membuat permintaan kredit pun terkerek. "Skenario ini terjadi ada kirisis moneter 1988. Saya rasa juga akan terulang kembali dan membuat momentum perbaikan ekonomi makin cepat. Selain itu, kita juga harus lihat adanya momentum lebaran tahun ini yang efektif mendongkrak konsumsi masyarakat," kata Ari.
Adapun, menurut Ari, sektor-sektor ekonomi yang akan mendapat ledakan konsumsi tersebut adalah yang terkait dengan industri pariwisata, seperti perhotelan, restoran dan perjalanan. Di luar itu, dia menyebutkan perbankan dapat tetap tenang lantaran adanya insentif langsung dari fiskal dan moneter dalam membantu penanganan likuiditas.
Bankir Tetap Realistis
Di pihak lain, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja mengatakan perseroan akan lebih bersikap realistis jika terdapat adanya lonjakan permintaan kredit setelah kuartal pertama tahun ini. Perseroan akan lebih mementingkan kualitas daripada ekspansi yang justru membuat eksposure risiko kredit meningkat.
"Sebagai catatan, pertumbuhan kredit BCA bisa saja masih lebih baik dibandingkan dengan industri perbankan karena kinerja debitur yang masih lebih baik. Namun, kita juga harus realistis melihat tren yang berkembang," katanya.
Sementara itu, Ketua Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara) Sunarso sebelumnya menyebutkan kondisi keuangan bank anggota sampai dengan Maret 2020 masih menunjukkan pertumbuhan positif.
"Kondisi keuangan Himbara, sampai Maret masih positif, kami mulai kena dampak setelah Maret. Namun, sekarang sudah terasa [perlambatan]," katanya. Adapun, kredit Himbara secara total senilai Rp2.469,32 triliun, naik 11,03 persen secara tahunan. Dari sisi simpanan, tumbuh 10,23 persen secara tahunan menjadi Rp2.611,45 triliun.
Loan to deposit ratio (LDR) BRI berada di angka 90,39 persen, Bank Mandiri 94,91 persen, BNI 81,36 persen, dan BTN 114,22 persen. Untuk rasio kredit bermasalah (NPL) BRI berada di angka 2,81 persen dan Bank Mandiri 2,40 persen.
Namun, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. ini menyebutkan masih perlu melakukan stress test terlebih dahulu untuk mengukur kemampuan kredit tahun ini. Dia masih berharap pertumbuhan posisitf tersebut dapat terjaga sampai akhir tahun meski ada tekanan pada kuartal kedua. "Kinerja masih menunjukkan pertumbuhan positif. Nanti kami buat stress test ke depan," kata Sunarso.
Kendati membuat prediksi di tengah krisis memang tidak akan pernah tepat, idikator-indikator yang baik tersebut perlu menjadi acuan utama guna menjaga optimisme dalam waktu-waktu sulit ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel