Efek Rebalancing Indeks MSCI, Outflow Asing Bisa Semakin Deras

Bisnis.com,13 Mei 2020, 19:31 WIB
Penulis: M. Nurhadi Pratomo
Pekerja mengambil gambar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ponselnya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/5/2020). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG pada Senin (11/5/2020) berakhir di level 4.639,1 dengan penguatan sekitar 0,91 persen atau 41,67 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com,JAKARTA — Penyesuaian konstituen indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) berpeluang menambah deras tekanan aksi jual asing di pasar modal Indonesia. Padahal tekanan aksi jual oleh investor asing sudah berlangsung sepanjang periode berjalan 2020 akibat penyebaran pandemi Covid-19.

MSCI telah mengumumkan hasil review tengah tahun Mei 2020. Hasilnya, terdapat beberapa penyesuaian untuk konstituen Indeks MSCI Global Standard dan MSCI Global Small Cap yang akan mulai berlaku mulai 29 Mei 2020.

MSCI mengeluarkan enam perusahaan dari jajaran Indeks MSCI Global Standard. Emiten yang didepak yakni PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM), dan PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON).

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan rebalancing anggota indeks MSCI lebih banyak terjadi pengurangan ketimbang penambahan emiten dari Indonesia. Dengan kata lain, MSCI tengah mengurangi pembobotan di Indonesia.

“Dengan begitu hal ini cukup berdampak pada terjadinya outflow dana asing seperti yang terjadi belakangan ini. Kalau dilihat dari data seminggu ini, asing membukukan net sell senilai Rp3 triliun,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (13/5/2020).

Dalam paparan virtualnya Rabu (13/5/2020), Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi melaporkan outflow asing mencapai Rp20,79 triliun hingga 8 Mei 2020. Posisi itu berbanding terbalik dengan inflow Rp49,20 triliun periode yang sama tahun lalu.

Frankie menilai indeks MSCI menjadi salah satu referensi utama investor asing. Akibatnya, dampak terhadap emiten yang terdepak atau masuk ke dalam daftar cukup besar.

Sebagai gambaran, saham BBTN dan JSMR yang turun menjadi anggota Indeks MSCI Global Small Cap mengalami tekanan aksi jual investor asing pada sesi perdagangan, Rabu (13/5/2020). JSMR mencetak net sell Rp61,13 miliar sehingga harga saham terkoreksi 6,79 persen ke level Rp3.430.

Sementara itu, Direktur CSA Institute Aria Santoso mengatakan rebalancing biasanya akan menimbulkan volatilitas tambahan kepada pergerakan harga di pasar. Menurutnya, aliran dana asing sangat mungkin untuk masuk kembali ke emiten yang menjadi penghuni baru MSCI sebaliknya terjadi outflow bagi yang terdepak.

“Untuk market Indonesia MSCI cukup jadi acuan. Bahkan, di pasar Indonesia juga melihat MSCI sebagai salah satu acuan,” jelasnya.

Di lain pihak, Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan rebalancing akan berdampak terhadap pasar dan emiten dalam kondisi stabil. Saat ini, risk appetite masih rendah sehingga rebalancing menurutnya tidak berpengaruh banyak khususnya bagi emerging market seperti Indonesia.

“Kalaupun positif, dari mid cap ke big cap dalam perubahan atau rebalancing sentimen positifnya masih sangat sementara,” ujarnya.

Perubahan Konstituen Indeks MSCI Global Standard dan MSCI Global Small Cap Mei 2020
PenambahanPenghapusan

Indeks MSCI Global Standard

-
  1. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN)
  2. PT Bukit Asam Tbk. (PTBA)
  3. PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE)
  4. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR)
  5. PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM)
  6. PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
Indeks MSCI Small Cap
  1. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN)
  2. PT Bukit Asam Tbk. (PTBA)
  3. PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE)
  4. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR)
  5. PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM)
  6. PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON)
  7. PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI)
  8. PT Bintang Oto Global Tbk. (BOGA)
  9. PT Nusantara Properti Internasional Tbk. (NATO)
  10. PT Pacific Strategic Financial Tbk. (APIC)
  1. PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI)
  2. PT Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI)
  3. PT Alfa Energi Investama Tbk. (FIRE)
  4. PT Bumi Resources Tbk. (BUMI)
  5. PT Global Mediacom Tbk. (BMTR)
  6. PT Indika Energy Tbk. (INDY)
  7. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS),
  8. PT Kresna Graha Sekurindo Tbk. (KREN),
  9. PT PP Properti Tbk. (PPRO)
  10. PT Rimo International Lestari Tbk. (RIMO),
  11. PT Sentul City Tbk. (BKSL)
  12. PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL)
  13. PT Timah Tbk. (TINS)
  14. PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini