Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Oke Indonesia Tbk. akan merevisi target pertumbuhan pada tahun ini karena pandemi corona (Covid-19).
Dalam laporan hasil public expose yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (13/5/2020), perseroan menyampaikan pada tahun ini kendala utama yang dihadapi adalah kontraksi ekonomi global pada 2020.
Hal tersebut sangar berpengaruh pada ekonomi dalam negeri, termasuk perseroan. Ditambah lagi, saat ini virus corona mewabah di Tanah Air.
"Melihat pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi Covid-19, kemungkinan besar target pertumbuhan yang sudah ditetapkan melalui RBB 2020-2022 akan kami revisi pada pertengahan Juni 2020," demikian keterangan dari direksi Bank Oke Indonesia.
Sepanjang tahun lalu, realisasi penyaluran kredit bank dengan kode emiten DNAR tersebut senilai Rp3,34 triliun atau naik 12,07 persen secara tahunan. Pada awal 2020, perseroan pun memperkirakan penyaluran kredit UMKM dan pembiayaan ritel dapat tumbuh.
Namun, mengingat kondisi saat ini, perseroan pun memilih berhati-hati dalam memproses penyaluran kredit dengan pertimbangan karakteristik dan kualitas jaminan nasabah.
"Risik operasional menjadi risiko utama, selain risiko penyaluran kredit Bank Oke pada 2020. Oleh karena itu, perseroan memastikan meningkatkan ris awareness, prinsip kahati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan untuk mitigasi risiko kredit serta memantau nasabah eksisting agar pemsalahan dapat terdeteksi lebih awal," tulis manajemen Bank Oke Indonesia.
Sebelumnya, Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah menyebutkan perseroan mendapat dukungan yang cukup baik dari pemegang saham pengendali berupa suntikan modal berkala.
Di samping itu, perseroan menggarap pasar segmen usaha mikro kecil menengah dan ritel, yang permintaan kreditnya masih cukup tinggi dibandingkan dengan segmen lainnya.
"Target pertumbuhan kredit kami tahun ini adalah 25 persen secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi mungkin masih berat, cuma sekitar 5 persen. Namun, segmen pasar kami masih cukup baik untuk terus meningkatkan fungsi intermediasi," katanya pada awal tahun.
Aset perseroan senilai Rp5,11 triliun pada akhir 2019 atau naik 12,56 persen dari 2018 yang senilai Rp4,5 triliun. Sementara, DPK naik 21,31 persen menjadi Rp2,33 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel