Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat hingga akhir kuartal I/2020 posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia hanya tumbuh 0,5 persen (yoy).
Tercatat posisi ULN pada Maret 2020 mencapai US$389,3 miliar terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan BI) sebesar US$183,8 miliar dan ULN swasta sebesar US$205,5 miliar.
Pertumbuhan ULN kali ini jauh lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh hingga 7,8 persen (yoy).
"Turunnya tingkat pertumbuhan ini disebabkan oleh adanya kontraksi dari ULN publik dan melambatnya pertumbuhan ULN swasta," tulis BI dalam laporan ULN, Jumat (15/5/2020).
ULN pemerintah tercatat mengalami kontraksi sebesar -3,6 persen (yoy) dan secara nominal sebesar US$181 miliar. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi kuartal sebelumnya dimana ULN pemerintah naik 9,1 persen (yoy).
Untuk swasta, ULN swasta tercatat tumbuh rendah sebesar 4,5 persen (yoy), lebih renda dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mampu tumbuh 6,6 persen (yoy).
Perkembangan ini disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan dan melambatnya pertumbuhan ULN perusahaan non-keuangan.
ULN lembaga keuangan tercatat kontraksi hingga -2,3 persen (yoy), berbalik arah bila dibanding posisi kuartal sebelumnya yang tumbuh 3,6 persen (yoy).
ULN perusahaan nonkeuangan tumbuh melambat dari posisi kuartal sebelumnya sebesar 7,6 persen (yoy) menjadi 6,7 persen (yoy) pada kuartal I/2020 ini.
BI menyimpulkan struktur ULN Indonesia masih tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan. Rasio ULN Indonesia terhadap PDB akhir kuartal I/2020 mencapai 34,5 persen, lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 36,2 persen.
ULN Indonesia juga masih didominasi oleh ULN jangka panjang dengan porsi 88,4 persen dari keseluruhan ULN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel