KABAR PASAR: Surat Utang Raih Momentum, Bantuan Permodalan Disiapkan

Bisnis.com,15 Mei 2020, 06:50 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Menparekraf Wishnutama Kusubandio (kiri) memberikan keterangan disaksikan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo (kanan) dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu (28/3/2020). Pemerintah akan memberikan fasilitas hotel dan transportasi gratis bagi 1100 tenaga medis penanganan virus corona. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Berita mengenai momentum bagi pemerintah dan korporasi untuk mengeksekusi rencana emisi obligasi serta rencana bantuan permodalan bagi industri pariwisata yang terdampak pandemi Covid-19 menjadi sorotan edisi harian Bisnis Indonesia, Jumat (15/5/2020).

Berikut sejumlah ringkasan topik utamanya:

 

Surat Utang Raih Momentum. Nilai tukar rupiah yang stabil dan gelontoran stimulus penanganan Covid-19 mendorong turunnya imbal hasil atau yield surat utang negara. Kondisi ini dinilai menjadi momentum bagi pemerintah dan korporasi untuk segera mengeksekusi rencana emisi obligasi.

Bantuan Permodalan Disiapkan. Upaya pemulihan industri pariwisata nasional mulai ditempuh pemerintah dengan menawarkan pinjaman modal bagi pengusaha agen perjalanan yang bisnisnya terdampak pandemi Covid-19. Nilai bantuan pun bervariasi mulai Rp25 juta hingga lebih dari Rp200 juta.

Impor Diprediksi Terjun Bebas. Kalangan ekonom memprediksi kinerja impor sepanjang bulan lalu terjun bebas akibat pandemi Covid-19 yang melumpuhkan aktivitas manufaktur di Tanah Air. Kondisi ini diyakini akan mendorong neraca dagang pada April 2020 mencatatkan surplus.

Paket Kebijakan India: Stimulus Tak Kerek Permintaan. Stimulus yang diluncurkan India senilai total US$265 miliar selama masa pandemi virus corona direspons negatif oleh pasar karena dianggap hanya memompa likuiditas ketimbang memantik permintaan di tengah kerentanan ekonomi.

Airbus Bersiap PHK Karyawan. Airbus SE sedang mempersiapkan pemutusan hubungan kerja (PHK) permanen setelah berbicara dengan serikat pekerja bahwa perusahaan perlu mengendalikan produksi di tengah jatuhnya permintaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini