Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia diprediksi bakal melanjutkan pelonggaran moneter sebagai langkah untuk meredam dampak ekonomi Covid-19, serta menyikapi kinerja ekonomi pada kuartal I/2020 yang cukup terpuruk.
Berdasarkan konsensus Bloomberg, 11 ekonom memprediksi bank sentral akan memangkas BI 7 Day Reverse Rate dari 4,5 persen menjadi 4,25 persen, dan 4 ekonom yang memprediksi BI mempertahankan suku bunga acuan.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga sebesar 25 bps ke level 4,25 persen dengan mempertimbangkan beberapa indikator makroekonomi.
Pertama, Inflasi hingga akhir 2020 diperkirakan tetap stabil. Kedua, nilai tukar rupiah dalam jangka pendek yang cenderung stabil dan ketiga, pertumbuhan ekonomi kuartal I/2020 yang rendah.
“Dampak Covid-19 yang cukup signifikan pada kuartal I/2020 mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 dan kuartal III/2020 juga masih berpotensi tertekan,” ujarnya, Minggu (17/5/2020).
Kepala Ekonom Bank BNI Ryan Kiryanto mengatakan, bank sentral memiliki opsi terbuka untuk keduanya. Menurutnya, penurunan suku bunga sebesar 25 bps bisa dilakukan karena inflasi yang cukup rendah dan penguatan nilai tukar rupiah.
“Ini bisa menstimulasi pemilik dana untuk berinvestasi dan reinvestasi supaya kegiatan ekonomi bergairah.”
Di sisi lain, BI perlu menahan suku bunga sembari menunggu efektivitas kebijakan yang telah dikucurkan.
Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana menjelaskan, BI memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan, selama stabilitas dalam rekening eksternal tetap terjaga.
“Namun prediksi kami pada bulan ini BI masih menahan [suku bunga],” ujarnya.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akan dilakukan pada hari ini 18-19 Mei 2020. Dalam RDG April, BI memutuskan untuk menahan suku bunga. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga stabilitas rupiah sekaligus mempertahankan suku bunga yang atraktif bagi investor guna membendung capital outflow.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel