BTPN Dapat Fasilitas Pendanaan Setara Rp46 Triliun dari Induk

Bisnis.com,19 Mei 2020, 06:00 WIB
Penulis: M. Richard
Pejalan kaki melintas di dekat logo PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. di Jakarta, Selasa (16/10/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank BTPN Tbk. mendapatkan sokongan likuiditas dari perusahaan induk, SMBC berupa fasilitas pendanaan (offshore borrowing limit facility) senilai US$2,8 miliar atau sekitar Rp46 triliun.

Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan dalam situasi pandemi virus corona tahun ini likuiditas merupakan tantangan utama yang dihadapi industri perbankan. Bank BTPN pun termasuk salah satu bank yang memiliki likuiditas sangat kuat dan mencukupi untuk menopang target perusahaan.

Selain mengandalkan dana pihak ketiga (DPK), obligasi dan pinjaman bilateral pihak lain, Bank BTPN juga mendapat sokongan dari perusahaan induk berupa standby facility sebagai sumber pendanaan.

"Total fasilitas pendanaan [offshore borrowing limit facility] yang diberikan SMBC mencapai US$2,8 miliar atau sekitar Rp46 triliun," katanya dalam siaran pers Bank BTPN, Selasa (19/5/2020).

Meski demikian, Ongki tetap mengklaim kecukupan likuiditas Bank BTPN masih sangat baik dengan liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 212 persen dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 116 persen yang jauh di atas ketentuan minimum regulator sebesar 100 persen.

Perseroan masih mampu menyerap risiko likuditas saat ini yang timbul dari upaya restrukturisasi yang masih akan meningkat.

Sebagai informasi, LCR merupakan instrumen untuk menghitung rasio likuiditas jangka pendek, sedangkan NSFR untuk menghitung rasio likuiditas jangka panjang.

“Situasi Covid-19 ini tentu sangat menantang, termasuk bagi kami di industri perbankan. Namun kami patut syukuri pencapaian kinerja pada awal tahun ini. Tentu ini menjadi motivasi dan modal kami untuk melayani lebih banyak jutaan rakyat Indonesia,” tutup Ongki.

Pada akhir kuartal I-2020, aset Bank BTPN mencapai Rp199,7 triliun, tumbuh 4 persen secara tahunan.

Adapun, laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) mencapai Rp752 miliar, meningkat 48 persen secara tahunan. Di luar itu, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 22,5 persen menunjukkan Bank BTPN masih memiliki kemampuan ekspansi yang kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini