Penurunan Konsumsi Minyak, Emiten Pelayaran Ini Berpotensi Ketiban Untung

Bisnis.com,23 Mei 2020, 19:08 WIB
Penulis: Ilman A. Sudarwan
Kapal tanker BULL Kangean, salah satu armada PT Buana Lintas Lautan Tbk. /bull.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Gejolak ekonomi dunia yang berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak justru malah diperkirakan akan membawa untung bagi emiten pelayaran PT Buana Lintas Lautan Tbk.

Berdasarkan keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten berkode saham BULL itu menyatakan bahwa potensi cuan itu didapatkan dari perkiraan peningkatan tarif sewa kapal.

Pasalnya, Covid-19 telah menghentikan sebagian besar kegiatan ekonomi serta membatasi mobilitas penduduk dan barang secara global. Hal ini membuat konsumsi minyak dunia jatuh pada titik terendahnya.

“Diperkirakan konsumsi minyak dunia turun sebanyak 35 juta barel per hari di bulan April 2020 dibandingkan dengan konsumsi akhir tahun 2019. Bahkan dengan diberikannya kelonggaran karantina wilayah, konsumsi minyak dunia masih diproyeksikan lebih rendah dari tahun lalu sebanyak 25 juta barel per hari di bulan Mei 2020,” tulis manajemen, seperti dikutip dari keterbukaan informasi, Sabtu (23/5/2020).

Perseroan menilai langkah OPEC+ menyetujui pengurangan produksi minyak 9,7 juta barel per hari pada pertengahan April 2020, serta tambahan pengurangan produksi minyak 5 juta barel per hari, produksi minyak dunia masih melampaui permintaan sebesar 10,3 juta barel per hari.

Dengan demikian, diperkirakan dunia dapat kekurangan tempat penyimpanan minyak di darat dan akan lebih banyak minyak disimpan di atas kapal tanker minyak berukuran besar yang akan berimbas pada kenaikan tarif sewa kapal.

Perseroan menyampaikan saat ini tarif sewa rata-rata 2020 untuk kapal tanker berjenis Aframax di pasar internasional adalah US$44.153 per hari atau 123 persen lebih tinggi dari rata-rata tahun lalu yaitu US$19.840 per hari untuk periode yang sama.

Tarif sewa rata-rata ini juga 156 persen lebih tinggi dari rata-rata tarif sewa di pasar Indonesia yaitu US$17.250 per hari. Dengan demikian, pendapatan time charter equivalent rata-rata satu bulan terakhir berada di tingkat US$52.250 per hari.

Sebelumnya, Direktur Utama Buana Lintas Lautan Wong Kevin mengatakan bahwa kondisi ini diperkirakan akans agat berngaruh positif terhadap kinerja perseroan pada tahun ini.

Dia mengklaim perseroan merupakan perusahaan kapal tanker satu-satunya di Indonesia yang memiliki porsi materiil dari armada yang beroperasi di pasar internasional.

BULL, lanjutnya, akan tetap mempertahankan strategi dengan menjaga sebagian besar pendapatan usaha dari kontrak. Selain itu menjaga keseimbangan yang baik antara pasar Indonesia yang stabil dan pasar internasional.

“Pasar international lebih baik dari yang diperkirakan dan dengan perkembangan armada [kami] memperkirakan akan merevisi proyeksi kinerja keuangan menjadi lebih baik dalam waktu dekat,” katanya, beberapa waktu lalu.

Dia menargetkan earning before interest, tax, depreciation and amortization (EBITDA) tumbuh 2,25—2,5 kali lipat terhadap posisi 2019. Adapun, laba bersih ditargetkan tumbuh 3,5—4 kali lipat.

Pada tahun lalu Emiten pelayaran itu mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk senilai US$20,99 juta. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan dengan 2018 senilai US$13,51 juta.

Peningkatan laba sejalan dengan bertambahnya pendapatan perseroan yang pada tahun 2019 sebesar US$101,45 juta. Perolehan ini lebih tinggi 18,75 persen dibandingkan perolehan pada 2018 senilai US$85,43 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini