Hati-Hati! Sering Dipanaskan, Makanan Bersantan Bisa Picu Penyakit

Bisnis.com,24 Mei 2020, 15:13 WIB
Penulis: Newswire
Ilustrasi - Masakan bersantan. Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Masakan bersantan yang dipanaskan berulang kali atau mengalami proses pemasakan yang panjang akan merubah kandungan lemak di dalamnya menjadi lemak jenuh.

Ahli gizi dari Mayapada Hospital Kuningan, Christina Andhika Setyani mengatakan makanan apapun yang mengalami pemanasan berulang pasti akan mengurangi nilai gizi bahkan dapat mempengaruhi kesehatan tubuh.

"Misalnya rendang, jika dipanaskan berulang ulang pasti rasanya makin enak. Ya, sebenarnya memang makin enak dari segi rasa di mulut tetapi dari efek jangka panjangnya yang tidak enak," katanya, seperti dilansir Antara, Minggu (24/5/2020).

Apalagi, di tengah Lebaran acap kali banyak masakan yang dibuat banyak dan perlu dipanaskan saat akan menyantapnya.

Christina menjelaskan santan yang dipanaskan berulang kali atau mengalami proses pemasakan yang panjang akan merubah kandungan lemak di dalamnya menjadi lemak jenuh.

"Lemak jenuh inilah yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke," tambah dia.

Kendati demikian ada beberapa trik untuk memasak makanan bersantan agar jadi lebih aman untuk tubuh. Christina menyerankan saat memasak makanan yang menggunakan santan, masukkan santan terakhir sesaat masakan akan matang.

Memasak santan sebenarnya tidak perlu terlalu lama, karena jika santan dimasak terlalu lama maka santan akan mengeluarkan minyak dan lapisan minyak inilah yang berbahaya karena mengandung lemak jenuh.

Menurutnya, jika memang harus dipanaskan maka sebisa mungkin panaskan seminimal mungkin dan jangan sampai terbentuk lapisan minyak di atasnya.

"Supaya tidak menjadi boomerang untuk kesehatan kita maka sebaiknya barengi konsumsi makanan berlemak tinggi dengan serat 2 kali lipat lebih banyak, aktivitas fisik dan konsumsi air putih yang cukup," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: David Eka Issetiabudi
Terkini