Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi kreatif (ekraf) merupakan salah satu sektor yang terkena dampak yang cukup signifikan dari pandemi Covid-19.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan hal ini disebabkan oleh terdampaknya industri kuliner dan fashion, di mana kedua industri ini merupakan sektor dengan proporsi terbesar dari ekonomi kreatif.
Proyeksi kontraksi ekraf ini diperkirakan mulai terlihat dari pertumbuhan pada kuartal I/2020, di mana konsumsi dari pakaian, yang mana merupakan komponen utama dari fesyen, mengalami kontraksi sebesar -3,3 persen yoy.
Sementara, subsektor kuliner yang berupa pengeluaran konsumsi untuk restoran dan hotel, melambat menjadi 2,4 persen yoy,.
"Dengan pemberlakuan PSBB yang semakin jelas pada April dan Mei, diperkirakan perlambatan dan hingga kontraksi pada kedua sektor ini berpotensi semakin tajam," katanya kepada Bisnis, Jumat (29/5/2020).
Di sisi lain, menurut Josua, terdapat beberapa subsektor yang mungkin mampu tumbuh di tengah pandemi ini, seperti subsektor televisi dan radio, aplikasi dan game, serta periklanan.
Pertumbuhan subsektor ekraf tersebut seiring dengan banyaknya masyarakat yang melakukan aktivitas dari rumah dan ketiga subsektor itulah yang menjadi alternatif konsumsi masyarakat.
Dengan kondisi demikian, maka Josua memperkirakan kredit baru dari sebagian besar subsektor ekonomi kreatif akan terhambat pada tahun ini.
Namun, seiring dengan perusahaan di subsektor fashion dan juga kuliner yang sebagian besar diperkirakan merupakan UMKM, maka secara umum, perusahaan-perusahaan ini berhak untuk mendapatkan keringanan restrukturisasi.
"Kemungkinan mendapatkan restrukturisasi ini dapat menjadi salah satu yang dapat dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan ekonomi kreatif di Indonesia," tuturnya.
Josua menambahkan dengan perkiraan kredit di sektor ini tertekan cukup dalam, maka setidaknya para pengusaha dan juga konsumen harus mulai menyesuaikan diri dengan new normal yang mulai diterapkan pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel