Bisnis.com, JAKARTA - Ikatan Bankir Indonesia (IBI) mengklaim digitalisasi akan semakin maju di berbagai sektor, termasuk di perbankan sehingga mempengaruhi peningkatan jumlah karyawan.
Namun, kecepatan perubahan tersebut di negara-negara berkembang seperti Indonesia mungkin tidak akan secepat negara maju, sehingga masih membutuhkan penetrasi perbankan yang menjadi indikator positif bagi penyerapan tenaga kerja.
Adapun, berdasarkan laporan tahunan bank-bank BUKU IV jumlah karyawan sudah menunjukkan tren penurunan pada tahun lalu, yakni terpangkas sekitar 7 persen secara tahunan menjadi 207.448 orang. Meski variatif, tren serupa juga terjadi di kelompok bank lainnya.
Ketua Umum IBI Haryanto Tiara Budiman menyebutkan bank akan tetap membuka kantor cabang di daerah yang belum terjangkau dan masih membutuhkan tenaga kerja baru.
"Namun, memang kebutuhan ini sangat terbatas karena ukuran cabang baru nantinya akan jauh lebih kecil ukuran dengan jumlah staf yang lebih sedikit karena menggunakan teknologi yang terotomatisasi," katanya kepada Bisnis.
Adapun, Haryanto menjelaskan mesin atau otomatisasi sudah mampu meningkatkan efisiensi untuk kegiatan-kegiatan rutin. Hal ini pula yang telah menyebabkan jumlah bankir yang ditempatkan di back office saat ini sudah jauh berkurang dari sebelumnya.
Di luar itu, machine learning dan artificial intelligence juga telah digunakan untuk mencari pola dari berbagai transaksi dan ini akan juga membantu bankir di front office untuk menjadi lebih efisien juga.
"Contoh banyak sekali transaksi treasury yang basisnya seperti jual beli spot di negara maju sudah semakin terotomasi dengan keterlibatan manusia yang sedikit saja," imbuhnya.
Di Ikatan Bankir Indonesia pun, Haryanto melanjutkan akan mempersiapkan bankir-bankir Indonesia untuk menghadapi revolusi industri 4.0 yang akan dipercepat lagi melalui proses otomasi serta sistem kerja dari rumah sesuai dengan adanya pandemi.
Selain paham tentang manajemen risiko, dia berpendapat bankir di masa depan harus memahami berbagai inovasi di bidang teknologi termasuk artificial intelligence, machine learning, robotics process automation, big data analytics, dan lain-lain.
Risiko masa depan juga akan sangat berbeda, seperti kejahatan siber ke core banking system dan cyber attack ke nasabah. Dia berharap para bankir tidak mudah tertipu untuk melakukan suatu transaksi atau yang punya sifat pencurian data identitas pribadi.
"Tapi memang, seorang bankir yang andal tetap perlu memiliki business sense, judgement, dan wisdom yang kuat. Ini tidak bisa dilakukan oleh mesin," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel