Pembukaan Perdagangan, Saham BBTN Kembali Melambung. Kenapa Ya?

Bisnis.com,03 Jun 2020, 11:27 WIB
Penulis: M. Richard
Pengunjung mencari informasi di stan Bank BTN pada pameran Indonesia Properti Expo (IPEX) 2020 di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu (15/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. kembali melambung pada pembukaan pasar hari ini, Rabu (3/6/2020).

Bahkan, saham emiten dengan kode BBTN ini menjadi yang paling tinggi penguatannya di sektor finansial saat awal perdagangan, dengan kenaikan 12,43 persen. Saham BBTN dibuka pada level harga 950 dan bergerak di rentang 950-1.085 pada perdagangan hari ini.

Sementara itu saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) juga turut menguat. BBCA terpantau naik 4,94 persen, sedangkan BBRI menguat 1,89 persen.

Sektor finansial pun kembali memimpin penguatan pagi ini dengan melesat 2,76 persen dibandingkan kemarin. Pada perdagangan kemarin, saham BTN terbang sebesar 21,71 persen.

Penerbitan aturan Tapera disebutkan menjadi sumber penguatan saham utama BBTN. Direktur Anugrah Mega Investama Hans Kwee berpendapat PP Tapera memang cukup baik bagi kepercayaan investor terhadap BTN.

"UU Tapera ini bagus ya, artinya ada dana yang akan dapat digunakan untuk memperkuat operasional BTN," katanya kepada Bisnis, Rabu (3/6/2020).

Di samping itu, dia menjelaskan kinerja BTN masih tergolong positif, meski ada restrukturisasi yang tidak kecil tahun ini lantaran pandemi virus corona.

Pada kuartal I/2020 membukukan perolehan laba senilai Rp457 miliar. Jika dibandingkan dengan raihan laba pada periode yang sama tahun lalu atau secara tahunan, realisasi tersebut turun 36,79 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy).

Namun, apabila dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2019, perolehan laba perseroan pada kuartal I/2020 tetap menunjukkan pertumbuhan yakni 116,66 persen (year to date/ytd).

"Namun, dengan adanya pelonggaran PSBB, bisnis BTN harusnya justru akan lebih baik dan mendapat kepercayaan investor lebih dini," katanya.

Adapun, Hans menyebutkan target harga bagi emiten ini adalah 1.270 dengan rekomendasi beli.

Sebagai informasi, pada 20 Mei 2020 pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No.25/2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).

Pada tahun lalu, pemerintah lebih dahulu membentuk Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) untuk menggantikan sekaligus memperluas jangkauan pembiayaan perumahan dari sebelumnya, Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan (Bapertarum) yang hanya ditujukan bagi Pegawai Negeri Sipil dan TNI/Polri.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 57/2018 tentang Modal Awal Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat, modal awal BP Tapera bernilai Rp2,5 triliun yang terdiri atas Rp2 triliun sebagai dana kelolaan.

Hasil dari kelolaan itu digunakan memenuhi kebutuhan biaya operasional dan investasi BP Tapera dan Rp500 miliar untuk pemenuhan kebutuhan kegiatan investasi badan itu. Rencananya, BP Tapera itu akan menjadi program besar yang akan menggantikan seluruh skema pembiayaan perumahan.

Setelah diresmikannya PP No. 25/2020 tersebut, diharapkan BP Tapera bisa segera beroperasi dan direalisasikan dalam setahun atau 2 tahun mendatang. Meskipun belum beroperasi, saat ini PNS mendapat potongan gaji untuk iuran, lalu dialirkan ke kas negara.

BTN sendiri sudah mempersiapkan diri untuk menjadi mitra utama dari Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat atau BP Tapera sejak tahun lalu.

Salah satunya dengan membeli 30 persen saham sebagian perusahaan manajer investasi PT Permodalan Nasional Madani Investment Management (PNMIM). Ke depan, dengan ijin OJK, perseroan bakal menambah kepemilikan saham hingga mencapai 85 persen.

Pada tahun lalu, Direktur Utama BTN saat itu Maryono menyampaikan aksi perseroan tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengelola dana Tapera.

"Potensi pengelolaan Tapera misalnya secara hitungan kasar ada Rp114 triliun dengan mencakup seluruh Indonesia, dengan memiliki perusahaan manajer investasi, BTN bisa mendapatkan dana kelolaan Rp50 triliun," katanya April tahun lalu.

Dia menyebutkan perhitungan tersebut belum termasuk pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Jika diakumulasikan, menurutnya, dana tersebut bisa mencapai lebih dari Rp50 triliun.

Maryono mengkalkulasikan dengan total jumlah dana ini, jika rumah dirata-ratakan seharga Rp150 juta, bisa menjangkau pembiayaan hingga tiga juta unit rumah, sehingga bisa menutup setidaknya angka kebutuhan perumahan yang mencapai 11 juta rumah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini