Setelah Reli 3 Hari, Rupiah Diprediksi Masih Melaju di Zona Hijau

Bisnis.com,03 Jun 2020, 07:05 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (19/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah diproyeksi masih bertahan di zona hijau pada perdagangan Rabu (3/6/2020), melanjutkan penguatannya yang telah terjadi selama tiga hari perdagangan berturut-turut.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa rupiah diprediksi masih dapat bergerak di jalur penguatannya.

“Potensi support di kisaran Rp14.300, dengan level resisten Rp14.500 per dolar AS,” ujar Ariston saat dihubungi Bisnis, Selasa (2/6/2020).

Berdasarkan data Bloomberg pada penutupan perdagangan Selasa (2/6/2020), rupiah berhasil terapresiasi 1,35 persen atau 195 poin dan parkir di level Rp14.415 per dolar AS. Kinerja kali ini menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan penguatan terbaik di Asia, mengalahkan ringgit yang menguat 0,5 persen dan baht yang hanya naik 0,3 persen.

Selain itu, sepanjang satu bulan terakhir rupiah berhasil menguat 4,7 persen terhadap dolar AS. Kinerja tersebut pun jauh memimpin dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya seperti baht yang hanya mampu menguat 2,69 persen dan dolar Singapura yang hanya menguat 0,78 persen.

Rupiah berhasil membalikkan keadaan dari bergerak di level terendahnya sejak Juni 1998 di kisaran Rp16.000 per dolar AS pada Maret 2020, kini rupiah bergerak di kisaran level Rp14.000 per dolar AS.

Kendati demikian, sepanjang tahun berjalan 2020 rupiah masih terkoreksi 3,8 persen, menjadi salah satu yang terlemah di Asia tepat di bawah ringgit yang melemah 4,75 persen dan won yang melemah 4,2 persen.

Dia mengatakan bahwa penguatan rupiahdidukung oleh kerusuhan demo di AS dalam sepekan terakhir yang berpotensi mengganggu perekonomian AS sehingga melemahkan greenback.

Selain itu, pasar juga merespon positif rencana pelonggaran lockdown untuk menggerakkan roda ekonomi di beberapa negara termasuk Indonesia yang segera menerapkan kebijakan normal baru.

“Namun, pasar masih mewaspadai potensi perang dagang baru antara AS dan China yang bisa melemahkan rupiah kembali,” papar Ariston.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini