Kemenperin Dorong Investasi di Masa Pandemi

Bisnis.com,04 Jun 2020, 12:31 WIB
Penulis: Andi M. Arief
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tetap bertekad menciptakan iklim usaha yang kondusif di tengah pandemi Covid-19 dengan meningkatkan investasi

Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenperin Janu Suryanto mengatakan seluruh pihak harus tetap optimistis dan bekerja keras untuk membangkitkan sektor manufaktur. Menurutnya, salah satu cara yang dapat digunakan adalah penarikan investasi baik dari dalam maupun luar negeri. 

"Dalam situasi seperti saat ini, investasi tentunya akan memberikan dampak positif bagi penciptaan lapangan kerja, baik itu yang skala besar atau kecil," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (4/6/2020). 

Janu berujar peningkatan investasi paad sektor manufaktur telah terbukti meingkatkan lapangan kerja dan penerimaan devisa. Adapun, Janu menilai potensi investasi nasional masih tinggi lantaran karena volume pasar yang besar dan ketersediaan bahan baku. 

Di samping itu, Janu menyatakan Indonesia dapat menjadi hub manufaktur di Asia Tenggara. Hal tersebut disebabkan oleh peluncuran peta jalan Making Indonesia 4.0. 

Menurutnya, implementasi peta jalan tersebut akan membuat produksi pabrikan lebih berkualitas dan efisien dengan digitalisasi permesinan. Seperti diketahui, ada lima sektor utama yang ada dalam Making Indonesia 4.0, yakni otomotif, elektronika, kimia dasar, tekstil, dan makanan dan minuman. 

Adapun, Janu mendata total investasi asing (PMA) ke sektor manufaktur selama 2015-2019 mencapai US$61,5 miliar atau setara dengan Rp871.1 triliun (kurs: Rp14.165). Sementara itu, total investasi dari dalam negeri (PMDN) mencapai Rp451.3 triliun. 

Selama 5 tahun terakhir, sektor yang paling banyak mendapatkan investasi asing adalah industri logam dasar atau senilai US$12,8 miliar. Sementara itu, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia mengikuti sebanyak US$9 miliar, sedangkan industri makanan dan minuman berhasil menyerap US$8 miliar. 

Dari sisi PMDN, industri makanan dan minuman menyerap investasi senilai Rp158,3 triliun. Adapun, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia mendapatkan PMDN senilai Rp55,5 triliun, sedangkan industri logam dasar senilai Rp51,6 triliun. 

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan revolusi industri 4.0 merupakan sebuah keniscayaan yang harus dihadapi pelaku industri lokal. Agus menilai teknologi industri 4.0 bisa menjadi alat dalam mendukung produktivitas sektor industri secara lebih efisien sehingga dapat mendongkrak daya saing.

Agus berujar penerapan industri 4.0 bisa menimbulkan peluang terhadap pembukaan lapangan kerja baru. Oleh karena itu, Agus menyatakan pihaknya akan fokus dan memberikan perhatian lebih dalam upaya pengembangan pelaku IKM Pasalnya, Agus berpendapat IKM mampu menjadi tulang punggung perekonomian nasional. 

“Dalam sejarahnya, ketika Indonesia menghadapi krisis ekonomi, IKM merupakan salah satu sektor usaha yang bisa bertahan. Pemerintah telah meluncurkan Making Indonesia 4.0. Peta jalan ini tidak hanya diimplementasikan untuk industri skala besar saja, tetapi juga untuk sektor IKM,” katanya.

Agus mengemukakan bonus demografi hingga 15 tahun mendatang dapat menjadi momentum untuk menumbuhkan jumlah wirausaha muda, termasuk pelaku IKM. Menurut Agus, peran startup sebagai kaum millenial sangat penting dalam membawa Indonesia lebih cepat menuju revolusi industri 4.0. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: David Eka Issetiabudi
Terkini