Relaksasi PSBB Kurang Efektif, Benarkah Indonesia Dihantui Resesi? Ini Kata BKF

Bisnis.com,04 Jun 2020, 11:54 WIB
Penulis: Edi Suwiknyo
Sejumlah pengendara kendaraan bermotor mengalami kemacetan lalu lintas di Tol Dalam Kota, Kuningan, Jakarta, Senin (18/5/2020). Meski masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masih berlangsung, kemacetan lalu lintas masih terjadi di ibu kota./ANTARA FOTO-Rifki N

Bisnis.com, JAKARTA - Relaksasi kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan penerapan protokol new normal tidak akan serta merta mendorong perbaikan ekonomi secara signifikan.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan bahwa sektor-sektor ekonomi yang membutuhkan mobilitas tinggi pergerakannya tetap akan terbatas.

Justru menurutnya, pelonggaran PSBB juga harus dilihat secara komprehensif. Misalnya, jika relaksasi hanya terjadi di Jakarta, jangan-jangan daerah lain membutuhkan PSBB. Hal inilah yang menyebabkan perekonomian tidak bisa kembali ke level normal dalam waktu singkat.

"Saya melihat ini tidak akan balik ke 100 persen. Mayoritas dari aktivitas perekonomian yang membutuhkan mobilitas. Sudah pasti pembatasan masih ada," kata Febrio, Kamis (4/6/2020).

Pria yang menggantikan Suahasil Nazara sebagai Kepala BKF ini menambahkan bahwa prospek ekonomi Indonesia masih penuh tantangan. Ketidakpastian soal berakhirnya pandemi virus Corona juga belum bisa dipastikan.

Dalam kondisi tersebut, menurutnya prospek ekonomi Indonesia mengalami tantangan berat. Kendati demikian, otoritas fiskal berupaya supaya arah perekonomian Indonesia di tahun 2020 tidak mengarah ke negatif.

"Nah, kita berupaya supaya perekonomian kita tidak bergerak negatif atau resesi," tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini