Bisnis.com, JAKARTA — Perkembangan tren global yang ramah lingkungan membuat Marenggo Natural Dyes Batik semakin gencar menghidupkan kembali kekayaan pewarna alami di Indonesia. Marenggo Natural Dyes Batik atau yang lebih dikenal dengan Marenggo merupakan salah satu merek batik yang menggunakan pewarna alami yang belakangan naik daun.
Marenggo sendiri mulai dirintis pada 2015 oleh Nuri Ningsih Hidayati yang berasal dari Sleman, Yogyakarta. Inspirasi menghadirkan batik dengan pewarna alami muncul ketika Nuri menyelesaikan tugas akhir kuliahnya di Institut Seni Indonesia (ISI).
Penelitiannya terkait pewarna alami mendorong Nuri berkreasi menciptakan batik dengan memanfaatkan beragam tumbuhan di sekitar sebagai bahan dasar untuk mewarnainya. Menurutnya, pewarna alami tidak lepas dari sejarah batik yang pada mulanya memang menggunakan warna hasil ekstrak dari tumbuh-tumbuhan.
“Penelitian saya terkait pewarna alami mendapatkan banyak apresiasi, karena menggunakan tanaman yang ada di daerah saya. Dari situ perlahan juga muncul permintaan batik pewarna alami,” ujarnya kepada Bisnis.
Perjalan Nuri merintis Marenggo juga dipengaruhi oleh Ibunya yang suka membatik. Nuri kecil kemudian akhirnya tertarik membatik dan mulai mempelajari beragam motif untuk memperkaya desain batik agar lebih modern.
Menurutnya, kekuatan Marenggo terletak pada inovasi desain yang dipadukan dengan warna alami. Hasilnya, kain batik Marenggo menampilkan warna yang eksklusif dengan beragam motif modern dan variatif.
Seiring dengan perjalanan waktu, pasar batik pewarna alami terus tumbuh karena makin diminati di dalam negeri dan luar negeri.
“Pada 2015 kami membuat akun media sosial. Dari situ banyak orang asing tertarik dan mau belajar batik pewarna alam. Kami juga membuat komunitas di Desa, sehingga ada manfaat sosial ekonomi,” katanya.
Nuri menuturkan, sejauh ini Marenggo mendampingi 19 ibu rumah tangga untuk membatik dengan pewarna alami dari dua desa yang ada di Yogyakarta. Menurutnya, bisnis tidak boleh berhenti untuk diri sendiri saja, tetapi juga harus memiliki manfaat untuk orang lain.
“Jadi nambah ekonomi untuk mereka. Senang juga karena tidak berhenti di kami, tetapi juga ada manfaat untuk orang lain,” paparnya.
Untuk menggarap pasar yang lebih luas, merek Marenggo saat ini aktif ikut dalam beragam pameran yang fasilitasi pemerintah daerah dan swasta. Melalui berbagai pameran, Nuri juga mempelajari selera pasar domestik dan luar negeri.
Dia mencontohkan saat difasilitasi Dinas Perindustrian Yogyakarta untuk mengikuti pameran di Moscow, Rusia, banyak pembeli yang tertarik dengan warna alami dan desain yang lebih simpel. Selain baju batik, pasar luar negeri juga sangat tertarik dengan syal, karena dapat digunakan di negara-negara yang memiliki empat musim.
Adapun untuk pasar dalam negeri, lebih banyak permintaan untuk batik pewarna alami dengan harga yang terjangkau. Marenggo, lanjutnya, dalam waktu dekat akan merilis produk baru yang menyasar pasar anak muda dengan harga yang ramah di kantong.
Nuri menjelaskan, seiring dengan pertumbuhan dan kebutuhan pengembangan usaha, Marenggo kemudian menjadi salah satu UKM binaan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI melalui fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Bank pelat merah itu tidak hanya membantu dari sisi modal, tetapi juga memfasilitasi pasar yang lebih luas melalui beragam pameran.
“Dapat KUR dan menjadi mitra binaan. Lebih untuk marketing dan modalnya. Selain itu, kami juga diajak pameran,” paparnya.
Selain mendapat fasilitas pendanaan, Marenggo memang ikut ke dalam Rumah Kreatif Sleman yang menjadi wadah bagi pelaku UMKM di kabupaten tersebut untuk memasarkan produknya. Rumah Kreatif Sleman sendiri merupakan binaan dari BNI yang bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel