Bisnis Kargo Menjanjikan, Pelaku Usaha Harus Kolaborasi

Bisnis.com,04 Jun 2020, 17:40 WIB
Penulis: Anitana Widya Puspa
Petugas beraktivitas di Terminal Kargo dan Pos Bandara Jenderal Ahmad Yani yang berada di lokasi baru seusai diresmikan, di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (23/1/2019)./ANTARA-Aji Styawan

Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis kargo dinilai menjanjikan di tengah pandemi Covid-19, sehingga diperlukan kolaborasi sesama pelaku bisnisnya dalam menjangkau wilayah Indonesia, khususnya yang belum terjamah.

Direktur Utama PT Angkasa Pura Logistik (APL) Danny P. Thaharsyah menjelaskan, kendati bukan pelaku tunggal, tetapi pelaku usaha yang juga memiliki bisnis kargo (freighter) masih terbatas jumlahnya. Terbatasnya jumlah pemain di bisnis kargo diharapkan bukan untuk saling berkompetisi tetapi bisa mengembangkan bisnis secara elaborasi.

Menurutnya, perseroan yang mengoperasikan pesawat berbodi lebih kecil jenis ATR dapat berkolaborasi sebagai pengumpan (feeder) dengan maskapai yang menggunakan pesawat berbadan lebar untuk mengangkut kargo ke wilayah yang lebih terpencil.

“Kami bisa berkolaborasi dengan pesawat besar jet dalam mengombinasikan rute. Kami bisa menjadi feeder tempat yang remote untuk bisa diangkut oleh rekan operator lain yang menggunakan pesawat berbadan besar untuk membawa produk ekspor. Jadi konektivitas ini justru penting dan kolaboratif bukan sikut-sikutan potensinya besar dan kami menjadi suplemen dari air freighter,” jelasnya, Kamis (4/6/2020).

Sementara itu, terkait dengan tarif, akan bergantung terhadap ketersediaan rute dan keberlanjutan kargo yang diangkut. Untuk itu, perseroan memilih pesawat yang memiliki biaya operasional lebih ekonomis demi menjaga tarif tetap kompetitif.

Selain itu, pihaknya menilai tarif yang terbentuk juga ditentukan oleh pasar dan pihaknya juga tidak bisa seenaknya menentukan harga.

Saat ini, kata dia tantangan dalam bisnis logistik adalah dalam membangun rute yang mampu menyesuaikan dengan potensi kargo di wilayah yang dituju. Namun, lanjutnya, untuk kasus tertentu, di sejumlah wilayah sudah lebih dulu timbul potensi kargo sehingga untuk menciptakan pasar, perusahaan harus dapat lebih dahulu menyiapkan armadanya.

Anak usaha dari operator bandara pelat merah tersebut juga melihat adanya potensi tidak hanya berasal dari kargo umum tetapi juga produk perishable hasil laut. Hal ini dengan melihat bahwa bandara-bandara yang dikelola oleh Angkasa Pura I mayoritas berada di wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Potensi produk tersebut juga memiliki peluang besar untuk dilakukan ekspor.

Namun, sayangnya untuk dapat mengangkut hasil tersebut, pelaku usaha banyak yang masih mengandalkan pesawat penumpang. Pesawat penumpang rentan dibatalkan dan banyak yang tidak melayani penerbangan langsung. Alhasil produk yang dinagkut tidak lagi bersifat premium.

“Bandara di Ambon, Manado, Kupang, Makassar, dan Lombok. Potensinya besar dan untuk saat ini basenya kami memang masih terbatas, tetapi memang ini masih dinamis akan kami sesuaikan pengembangan rute yang ada dengan yang potensi muatannya tinggi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini