Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. belum dapat mencairkan subsidi dari pemerintah, kendati telah melakukan restrukturisasi kepada 2,3 juta debitur dengan baku kredit Rp140,24 triliun,
Awalnya pemerintah menargetkan pemberian subsidi bunga untuk debitur UMKM senilai Rp34,15 Triliun ke 60,66 juta rekening yang mulai diberikan pada Mei 2020
Sayangnya, hingga kini bantuan likuiditas dan subsidi dari pemerintah tak kunjung turun. Padahal penerapan restrukturisasi berupa penundaan pembayaran pokok dan bunga maupun pengurangan bunga telah mempengaruhi likuiditas dan profitabilitas.
Rencananya, subsidi bunga akan diberikan selama 6 bulan untuk pinjaman kurang dari Rp500 juta dengan besaran 6 persen untuk 3 bulan pertama dan 3 persen untuk bulan kedua.
Sementara itu, untuk debitur dengan pinjaman kredit Rp500 juta sanpai dengan 10 miliar diberikan subsidi bunga 3 persen untuk 3 bulan pertama dan 2 persen untuk 3 bulan kedua. Sedangkan bagi debitur yang termasuk dalam program kredit pemerintah diberikan subsidi bunga 6 persen untuk 6 bulan atau subsidi penuh.
“Likuiditas jadi tantangan terbesar sekarang ini,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam acara Virtual Halalbihalal Pemimpin Redaksi dengan Jajaran Direksi BRI, Jumat (5/6/2020).
Kendati demikian, menurut Sunarso, pihaknya telah menyiapkan beberapa skenario yang diperlukan untuk mengantisipasi likuiditas jika subsidi bunga dari pemerintah belum juga cair.
Salah satu skenario yang akan digunakan adalah mencairkan pinjaman siaga atau standby loan sebesar US$1 miliar dengan bunga murah.
“Salah satunya mencairkan pinjaman siaga atau standby loan sebesar US$1 miliar dengan bunga murah,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel