Survei Indikator : Pelatihan Online Kartu Prakerja Kurang Disetujui Masyarakat

Bisnis.com,09 Jun 2020, 12:45 WIB
Penulis: Stefanus Arief Setiaji
Warga mencari informasi tentang pendaftaran program Kartu Prakerja gelombang kedua di Jakarta, Senin (20/4/2020). /ANTARA

Kabar24.com, JAKARTA — Lembaga survei Indikator menggelar jajak pendapat selama masa pandemi Covid-19. Dalam jejak pendapat itu, sejumlah isu diangkat, salah satunya terkait dengan pelatihan online yang masuk dalam alokasi program kartu Prakerja.

Dari hasil survei Indikator yang dirilis Minggu (7/6/2020), sebanyak 38,7% responden tidak setuju dengan program pelatihan online yang terintegrasi dalam Kartu Prakerja. Sementara itu, 10,2% menyatakan sangat tidak setuju.

Adapun 25,3% responden setuju dengan program tersebut, dan 4,5% sangat setuju.

Jika digabungkan antara yang bernada setuju dan tidak setuju, 48.9% responden tidak setuju. Sedangkan kelompok yang setuju 29,8%. Ada 21,4% lainnya yang memilih tidak tahun dan tidak menjawab.

Mereka yang tidak setuju memilih agar alokasi anggaran dalam pelatihan online kartu prakerja itu, sebanyak 34% menyatakan agar anggaran itu dipakai untuk memenuhi kebutuhan sembako masyarakat.

Sementara itu, 32,3% lainnya memilih anggaran itu dipakai sebagai bantuan tunai masyarakat yang terdampak pandemi.

Jika melihat dari basis responden per wilayah. Mayoritas yang melihat program kartu prakerja tidak bermanfaat yakni di Sumatra, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Di DKI Jakarta dan Jawa Timur, responden yang setuju dan tidak setuju relatif seimbang kendati secara proporsi masih besar yang tidak setuju.

Kelompok yang memilih setuju, sebagian besar di Kalimantan dan Sulawesi.

Jika dilihat dari basis responden berdasarkan partai politik, sebagian besar pemilih parpol yang mengusung pasangan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin tidak setuju dengan program pelatihan online kartu prakerja.

Survei Indikator digelar pada 16—18 Mei 2020, dengan jumlah sampel 1.200 responden dan tingkat kepercayaan 95% dan margin of error plus minus 2,9%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Stefanus Arief Setiaji
Terkini