Orang Indonesia Habiskan Devisa Ratusan Triliun untuk Berobat ke Luar Negeri

Bisnis.com,09 Jun 2020, 17:53 WIB
Penulis: Hadijah Alaydrus
Patung Merlion berdiri di depan gedung-gedung pencakar langit di Singapura, Selasa (24/3/2020)./Bloomberg-Wei Leng Tay

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Senior yang juga tergabung dalam Tim Asistensi Menko Perekonomian Raden Pardede menekankan pentingnya pengembangan industri kesehatan di Tanah Air.

Di tengah pandemi Covid-19, sektor yang paling berperan penting adalah sektor kesehatan. Dia melihat selama ini masyarakat berpenghasilan menengah dan tinggi menghabiskan uang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di luar negeri, Malaysia atau Singapura.

Ketika ada wabah, sekalipun masyarakat tersebut punya uang, mereka tidak akan bisa pergi ke Singapura atau Malaysia untuk berobat.

"Oleh karena itu, ini jadi kesempatan menurut saya. Kita harus men-develop industri kesehatan ini menjadi besar."

Selain itu, Raden membeberkan devisa dari dalam negeri yang terbang ke pusat-pusat kesehatan di Asia dan seluruh dunia tersebut mencapai Rp75 triliun hingga Rp100 triliun. "Kita habiskan devisa yang besar sekali. Kenapa tidak kita kembangkan ini di Indonesia?"

Dia berharap Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perindustrian dapat mendorong pengembangan industri esensial ini di Tanah Air.

Raden menambahkan efek penganda dari industri kesehatan ke depan cukup besar. Pertama, penciptaan lapangan kerjanya sangat luas. Kedua, industri kesehatan dapat mendongkrak industri farmasi dan industri alat kesehatan di bawahnya.

"Lima tahun ke depan, awareness orang di dunia ini terhadap kesehatan akan luar biasa dan kemungkinan besar belanja rumah tangga terhadap obat-obatan, masker, dan alat-alat kesehatan itu akan naik."

Dalam perhitungan Tim Asistensi Menko Perekonomian, kenaikan belanja rumah tangga global untuk alat kesehatan dan obat-obatan bisa mencapai US$1 triliun.

Dia menilai industri kesehatan dapat didorong untuk memenuhi permintaan ekspor ke depannya. Raden menegaskan langkah ini harus dilakukan sekarang, tidak boleh ditunda tahun-tahun mendatang.

"Kalau sudah tahun depan, kemudian dua tahun lalu, kita lupa lagi."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini