LIPI : Gara-gara Covid-19 Volume Sampah Plastik di Laut Meningkat

Bisnis.com,12 Jun 2020, 19:54 WIB
Penulis: Lukas Hendra TM
Sampah

Bisnis.com, MANADO - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merilis kajian mengenai dampak Covid-19 terhadap kekayaan laut Indonesia. Bagaimana hasilnya?

Dalam pengumumannya yang dipublikasikan di laman resmi mereka, Rabu (10/6/2020), LIPI mengungkapkan bahwa laut Indonesia masuk dalam area Segitiga Karang Dunia, yaitu area dengan keanekaragaman biota laut, terutama karang, yang paling tinggi di dunia. Saat ini, terdapat 569 spesies dan 83 genus karang keras di Indonesia. Ini berarti, sekitar 69% spesies dan 76% genus karang dunia ada di Indonesia.

“Sebaran karang paling tinggi berada di daerah timur seperti Maluku, Sulawesi dan Papua. Kemudian berkurang di daerah Jawa dan Sumatra,” ujar Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono seperti dikutip dari laman resmi LIPI, Rabu (10/6/2020).

Kekayaan hayati di Indonesia, lanjutnya, dipengaruhi adanya pertemuan arus laut yang melewati pulau-pulau di Indonesia. Agus menyatakan, saat ini ancaman bagi biodiversitas laut kita adalah adanya praktek perikanan yang berlebihan (over-exploitation) dan penangkapan yang merusak (destrictive fishing).

“Ada pula masalah penangkapan menggunakan bahan atau alat tangkap berbahaya seperti bom ikan, dan racun ikan sianida yang dapat merusak biota laut,” ujar Agus.

Menurutnya, selain adanya perusakan lingkungan, wabah COVID-19 yang melanda dunia memberikan kontribusi kerusakan berupa sampah plastik.

“Data menunjukkan adanya kenaikan sampah plastik seiring dengan meningkatnya belanja online di masa pandemi,” ujarnya.

Dia menjelaskan sampah-sampah plastik tersebut tidak diolah dengan baik dan bermuara ke laut. Hal ini, lanjutnya, tentunya dapat mencemari ekosistem laut.

Agus menambahkan tekanan antropogenik dari pembangunan di wilayah pesisir karena adanya tekanan kebutuhan lahan yang terbatas, reklamasi, penambangan pasir dan batu karang, dan pencemaran turut menambah resiko kerusakan biota laut.

“Tantangan perubahan iklim juga mengancam keragaman hayati kita. Seperti pemanasan laut, pengasaman laut, dan kenaikan muka air laut, dimana ini berdampak pada perekonomian masyarakat di pesisir,” katanya.

Oleh karena itu, LIPI mengajak semua masyarakat, akademisi dan LSM untuk bersama sama melakukan edukasi dan monitoring terhadap terumbu karang, mangrove, padang lamun, dan ikan.

“COREMAP-CTI LIPI diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk bergabung dengan LIPI dan berlatih bersama dalam monitoring hayati laut di seluruh Indonesia, sehingga kita dapat menjaga secara bersama-sama laut Indonesia,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini