Indeks Jakprop Tergelincir, Ini Rekomendasi Saham Maybank

Bisnis.com,15 Jun 2020, 15:45 WIB
Penulis: Pandu Gumilar
Suasana salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Kamis (19/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Pembukaan kembali pusat perbelanjaan di Jakarta tidak serta merta mendorong saham emiten properti. Alih-alih naik, sejak pembukaan dimulai kembali hari ini, Senin (15/6/2020), saham properti yang tergabung dalam indeks Jakprop malah amblas.

Pada perdagangan hari ini, Senin (15/6/2020), indeks Jakprop turu 1,1 persen. Berdasarkan data Bloomberg, Jakprop sudah tergelincir 1,65 persen sejak 3 Juni sampai dengan saat ini. Padahal, indeks itu sempat tumbuh 5,91 persen ke level 352.691 pada Senin pekan lalu (8/6/2020).

Penurunan kinerja saham properti dalam kurun waktu 3 Juni sampai 15 Juni disebabkan oleh beberapa koreksi yang dialami oleh beberapa emiten ; di antaranya adalah PT Pollux Properti Indonesia Tbk. (POLL) sedalam 21,02 persen, PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) 3,91 persen dan PT Intiland Development Tbk. (DILD) 2,80 persen.

Sementara yang mengerem kejatuhan adalah PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) 29,71 persen, PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) 18,23 persen dan PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) 15,67 persen.

Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Aurellia Setiabudi menilai pembukaan kembali tidak akan memberikan dampak yang signifikan kepada para pengelola. Pasalnya, pemerintah menetapkan kapasitas maksimal sebuah pusat perbelanjaan hanya 50 persen saja.

“Tentu saja aturan itu akan berdampak negatif bagi mall. Pasalnya banyak toko yang akan lebih memilih penjualan lewat saluran daring untuk menopang pembatasan,” katanya dalam riset dikutip pada Senin (15/6/2020).

Dari sisi food & beverages pasca covid-19, para penyewa kemungkinan juga akan memilih saluran  pengiriman online. Dengan protokol normal yang baru, sepertinya tren ini akan berlanjut. Hal itu, lanjutnya, juga akan berdampak negatif untuk mal karena permintaan ruang ritel dari toko-toko ini menjadi rendah.

“Namun, kami melihat ketatnya pasokan mal baru memberikan bantuan untuk tarif sewa. Kami mengharapkan mal berukuran lebih besar untuk ongkos yang lebih baik daripada yang lebih kecil yang terakhir kurang memiliki ruang ritel,” katanya.

Aurellia merekomendasikan beli bagi beberapa saham pengembang seperti SMRA dan PWON yang memiliki pemasukan berulang dari mall. Portofolio pendapatan berulang SMRA sebesar 41 persen sedangkan PWON 39 persen.

Aurellia menargetkan saham PWON bisa mencapai Rp600 sedangkan untuk SMRA sebesar Rp478. “Kami merekomendasikan beli karena mereka memiliki bank lahan dan neraca keuangan yang kuat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini