Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Jago Tbk. menempatkan cadangan likuiditas pada instrumen yang lebih aman sebagai strategi mempertahankan kelangsungan usaha di tengah pandemi Covid-19.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Bank Jago, yang sebelumnya bernama Bank Artos, juga melakukan strategi lainnya dalam menghadapi pandemi. Strategi tersebut yakni melakukan penyesuaian penghimpunan dana dan penyaluran kredit hingga lebih selektif memberikan kredit.
Setidaknya, penurunan laba bersih selama periode pengamatan 31 Maret 2020 dibandingkan dengan 31 Maret 2019 mencapai lebih dari 75 persen. Meskipun terjadi penurunan laba, perseroan memastikan pandemi Covid-10 tidak terdampak pada pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendek maupun permasalahan hukum.
Lebih lanjut, manajemen menginformasikan bahwa pandemi Covid-19 telah berdampak pada pembatasan operasional dengan perkiraan jangka waktu 3 bulan.
Saat ini, terdapat beberapa kantor cabang yang dilakukan penutupan sementara dan operasionalnya dialihkan ke cabang lain. Kontribusi pendapatan dari kegiatan operasional yang terhenti atau mengalami pembatasan operasional mencapai kurang dari 25 persen.
Adapun, Bank Jago mencatatkan rugi bersih periode berjalan sepanjang kuartal I/2020 senilai Rp25,37 miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, rugi tersebut naik signifikan 321,43 persen dari Rp6,02 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) unaudited pada Rabu (29/4/2020), rugi bersih yang membengkak itu disebabkan oleh kenaikan beban tenaga kerja.
Sepanjang 3 bulan pertama 2020, beban tenaga kerja emiten dengan kode saham ARTO ini naik tinggi 385,51 persen year on year dari Rp6,42 miliar menjadi Rp31,17 miliar.
Beban operasional selain bunga Bank Jago secara total naik dari Rp10,70 miliar menjadi Rp37,28 miliar. Di sisi lain, pendapatan bunga bersih juga tumbuh kendati tidak sebesar kenaikan beban, yaitu sebesar 142,65 persen dari Rp4,15 miliar menjadi Rp10,07 miliar.
Dari sisi penyaluran kredit, perseroan mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,82 persen year to date dari Rp284,79 miliar pada akhir 2019 menjadi Rp309,91 miliar per 31 Maret 2020. Sementara, dana pihak ketiga (DPK) susut dari Rp599,08 miliar menjadi Rp531,35 miliar per 31 Maret 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel