Bisnis.com, JAKARTA - PT Pegadaian (Persero) termasuk perusahaan pembiayaan dengan fokus usaha gadai yang ikut terdampak pandemi Covid-19. Namun sejumlah resep sudah dijalankan perseroan dan terbukti dapat mendongkrak kinerja di saat situasi sulit.
Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk Pegadaian Harianto Widodo menjelaskan hampir 60 persen outlet Pegadaian ditutup sejak periode awal pandemi sampai pembatasan sosial skala besar (PSBB) diterapkan.
"Itu karena kami belum memenuhi standar protokol Covid-19, tapi sekarang semua outlet sudah dibuka. Dampaknya transaksi secara digital meningkat signifikan, semua karyawan juga diberikan bekal dalam melayani nasabah dengan protokol kesehatan," ujarnya dalam webinar daring, Selasa (16/6/2020).
Data perseroan mencatat di awal Januari 2020 lalu jumlah nasabah Pegadaian berada di sekitar 11 juta, kemudian akhir April angkanya naik mencapai 11,4 jutaan, dan khusus di sepanjang Maret-April saja tercatat naik sampai 120.000 nasabah.
Kemudian Pegadaian mencatat nilai outstanding loan (OSL) sampai akhir April 2020 tumbuh sebesar 15,6 persen. Sedangkan jumlah nasabahnya tercatat tumbuh hingga 19,21 persen secara tahunan. Bila dihitung tahun berjalan Januari-April, jumlah nasabah perseroan tumbuh 3,91 persen.
Saat ini, profil nasabah Pegadaian masih didominasi produk gadai sebesar 80 persen, disusul produk pembiayaan mikro sebesar 19 persen, dan produk investasi emas sebesar 1 persen. Dari sisi gender, mayoritas atau 78 persen nasabahnya adalah wanita dan 22 persen adalah pria.
Bila dilihat dari usianya, nasabah terbesar yaitu Gen X berusia 40-55 tahun sebesar 43 persen, disusul Gen Y berusia 26-39 tahun sebesar 38 persen, lalu Baby Boomer berusia di atas 56 tahun sebesar 13 persen, dan terakhir Gen Z berusia 10-25 tahun sebesar 5 persen.
Karena sebagian besar nasabah berusia di atas 40 tahun, perseroan menilai kelompok ini kurang melek perkembangan teknologi, dan masih menyukai transaksi tradisional yaitu bertemu muka dan transaksinya tunai.
"Untuk itu kami melakukan integrasi layanan tradisional atau offline dengan layanan online, dengan sejumlah aktivitas seperti menggeser media komunikasi, dan membangun percakapan positif di media sosial," ujarnya.
Media komunikasi yang digeser misalnya menambah porsi iklan digital, lewat medsos atau portal berita, menggelar berbagai event diskusi atau literasi ke arah webinar, serta sembari tetap menjalankan iklan tradisional di media televisi, radio, dan media cetak.
Tidak lupa pula di medsos, perseroan menggandeng sejumlan key opinion leader, serta influencer yang berpengaruh di masing-masing daerah agar perbincangan digital yang dihasilkan semakin positif.
Hasilnya transaksi digital melalui aplikasi Pegadaian Digital Service saat ini sudah menyentuh angka 1,39 juta pengguna atau sekitar 11 persen dari total nasabah Pegadaian.
"Secara profil juga terlihat pengguna layanan digital kami di kelompok Gen Y dari posisi 38 persen di total nasabah, menjadi 51,2 persen dari total pengguna layanan digital," ujarnya.
Ke depan ada sejumlah resep baru yang akan diterapkan perseroan guna menghadapi tantangan serta perkembangan ekonomi digital.
Mulai dari menambah mitra kolaborasi layanan, seperti yang sudah berjalan dengan sejumlah marketplace atau toko online, misalnya menjadi channel transaksi Tabungan Emas, produk pembiayaan kendaraan bermotor, ibadah umrah, dan sebagainya.
"Selain itu kami juga akan meningkatkan kolaborasi sistem pembayaran dengan perbankan, platform dompet digital, sampai kerja sama dengan perusahaan switching," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel