Bisnis.com, JAKARTA - Suku bunga Bank Indonesia, 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7DRRR), memiliki peluang yang lebih besar untuk bertahan di level 4.5 persen pada bulan ini.
Kepala Ekonom Ryan Kiryanto mengungkapkan secara teoritis Bank Indonesia (BI) memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga dengan dua faktor, yakni expected inflation yang rendah dan pelemahan ekonomi saat ini.
Akan tetapi, penurunan suku bunga BI sebesar 100 basis poin yang telah dilakukan sebelumnya tidak menimbulkan efek apapun ke sektor riil di tengah tekanan dampak Covid-19.
"Bukan BI salah langkah. Tetapi karena langkah saat ini tidak cukup dari BI semata. Harus fiskal karena akan diserap langsung oleh sektor riil," ujar Ryan ketika dihubungi Bisnis, Rabu (17/6/2020).
Secara teori, pemangkasan suku bunga akan memberikan transmisi kepada suku bunga kredit, sehingga debitur dapat mengajukan kredit baru atau menambah kreditnya.
Namun dalam kondisi tekanan saat ini, ketika pemutusan hubungan kerja meningkat, produksi dalam negeri, dan prospek pertumbuhan melemah, tidak banyak masyarakat yang akan mengambil kredit. Saat ini, banyak masyarakat da dunia usaha yang sedang sibuk merestrukturisasi kredit,
Alhasil, jalur moneter tidak bisa menopang banyak. Andalan saat ini adalah jalur fiskal melalui program yang digulirkan di dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), mulai dari bantuan sosial, subsidi bunga hingga restrukturisasi kredit UMKM.
Selain itu, Ryan melihat kondisi Credit Default Swap (CDS) Indonesia kembali naik dan stabilitas nilai tukar belum kuat. Sementara itu, proyeksi kontraksi ekonomi kuartal II/2020 yang dipaparkan pemerintah dapat memicu kerentanan di pasar.
"Saya khawatir kalau BI menurunkan sentimennya malah negatif karena fundamentalnya masih goyah, belum ajeg," ujar Ryan. Ketika ini terjadi, investor, terutama pasar obligasi, bisa kabur.
Dengan demikian, jalan tengahnya bagi BI mungkin menahan suku bunga untuk jangka pendek meskipun ruang penurunan itu terbuka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel