Dibayangi Volatilitas, Begini Skenario Laju IHSG Hingga Akhir Tahun

Bisnis.com,17 Jun 2020, 18:53 WIB
Penulis: Dhiany Nadya Utami
Karyawati beraktivitas di sekitar grafik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir tahun diperkirakan masih akan mengikuti sentimen gelombang kedua penyebaran Covid-19. Di samping itu, pergerakan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil juga akan menjadi faktor yang mempengaruhi laju IHSG. 

Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya mengatakan pihaknya menyiapkan tiga skenario target IHSG hingga akhir 2020 mendatang berdasarkan base case, bull case, dan bear case

“Ini sebagai gambaran atau antisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di tengah ketidakpastian ini,” ujarnya saat paparan dalam sesi webinar JakPost Up Close - Financial Planning Series #2: Investing in stocks, Best strategies in volatile times via live streaming, Rabu (17/6/2020) 

Untuk skenario dasar, IHSG diproyeksikan berada di kisaran 5.180 berdasarkan asumsi tidak terjadinya gelombang kedua pandemi di Indonesia dan negara mitra dagang Indonesia yakni India. Proyeksi itu juga menggunakan asumsi harga CPO akan stabil di kisaran 2.100 ringgit per ton. 

Kemudian untuk skenario bull case, indeks diharapkan dapat menyentuh level 5.830. Asumsi ini jika vaksin corona dapat ditemukan dan diproduksi massal per akhir tahun ini dan harga CPO kembali naik dan mendongkrak daya beli perusahaan perkebunan CPO, khususnya perusahaan perkebunan skala kecil.

Sementara untuk skenario paling lemah atau bear case, IHSG diperkirakan hanya mampu berada di level 4.160. Hal ini jika gelombang kedua pandemi benar-benar terjadi dan harga CPO turun ke kisaran 2.000 ringgit per ton.

“Kenapa kami selalu memasukkan harga CPO? Karena ekonomi Indonesia sedikit banyak bergantung pada CPO. Sebagai contoh, sekitar 20 persen dari tenaga kerja Indonesia adalah di lini perkebunan,” jelas Hariyanto. 

Jika risiko gelombang kedua pandemi dan harga CPO dapat terkendali, Hariyanto mengaku optimis IHSG dapat mencapai kinerja terbaiknya hingga akhir tahun nanti. Apalagi dia melihat respons terhadap pembukaan kembali ekonomi sejauh ini juga positif.

“Kami melakukan ground checking ke mal-mal, terlihat suasana yang berbeda di akhir Mei dengan suasana saat Maret lalu waktu orang-orang takut keluar rumah. Sekarang minat masyarakat untuk kembali berkegiatan mulai tumbuh lagi,” tuturnya.

Seiring dengan itu, dia menjagokan saham-saham yang berkaitan dengan pembukaan kembali ekonomi yakni dari sektor barang konsumsi, rumah sakit, dan saham yang memiliki dividen tinggi. 

Beberapa saham top picks Mirae Asset Sekuritas pada Juni ini antara lain MAPI, PWON, BBRI, BBCA, PTBA, GGRM, UNVR, dan MIKA.

“Menurut kami, MAPI, PWON, BBRI, dan BBCA adalah representasi yang bagus dari pembukaan kembali ekonomi. Kami juga menyukai PTBA karena hasil dividen yang dibagikan sesuai dengan ekspektasi,” ujar Hariyanto. 

Adapun sejumlah saham sektor barang konsumsi turut masuk pilihan karena di dalam suasana kenormalan baru, konsumsi masyarakat akan produk-produk GGRM dan UNVR akan cukup tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini